Si gila

285 38 14
                                    

Perempuan gila itu kembali beraksi.

Mengendarai skateboard dengan kecepatan setinggi mungkin. Badannya meliuk-liuk mengikuti medan. Kegesitannya mengejutkan pejalan santai yang ia lalui. Sesekali ia bersuara demi orang-orang yang meblokir jalan agar segera minggir.

"Watch out, people! watch out!!" teriaknya dengan nada apatis.

"You bit*h!!"

Sumpah serapah orang-orang tak luput dari pendengarannya. Apa mereka lupa bahwa ini adalah sekolah? 

Ia mengibaskan rambutnya yang tergerai berantakan karena hembusan angin. Ia bahkan sengaja menoleh kebelakang. Memastikan matanya beradu pandang dengan orang-orang yang bersumpah serapah tadi.

Ia tersenyum lebar menampilkan barisan giginya yang rapi. Ia tertawa tulus. Teramat tulus. Menertawakan manusia-manusia yang tengah kesal itu.

Melihat kekesalan orang-orang seakan membangkitkan endorfin di dalam tubuhnya. Semakin berang orang-orang di sekitar, semakin ia menjadi lega. Sangat ironis. 

Kemarahan orang-orang bisa-bisanya menjadi penenang bagi hatinya yang kini suram tak ia mengerti. Melihat ekspresi orang-orang yang marah itu serasa membangkitkan semangat. Semangat yang membuatnya ingin lebih berinteraksi. Interaksi yang agresif.

Hampir setiap pagi ia melakukan hal serupa. Membuat pusing tak hanya guru, tapi juga teman-teman yang bahkan tidak sekelas dengannya.

Kalau ia terlambat, maka guru-guru yang akan pusing dibuatnya. Karena kalau diberi hukuman, bukannya jera, ia malah keasyikan tak karuan. Apalagi kalau hukuman itu membuatnya dikeluarkan pada saat jam pelajaran.

Kalau ia datang tepat waktu - tentu ini cukup jarang, maka seluruh siswa yang akan dibuat pusing olehnya. Seperti hari ini. Ia memonopoli ruas jalan dengan aksi sok kerennya. Atraksi skateboard. 

Tak bisa dipungkiri, kelihaiannya dalam skateboard memang mengagumkan. Tapi sikapnya yang tak peduli tempat dan waktu membuatnya mendapat kritikan alih-alih pujian kekaguman. 

Belum lagi pembawaanya yang memang dasar tengil dan tak tau sopan, ditambah lagi polusi suara yang dihasilkan. Alhasil orang-orang yang berjalan kaki merasa terganggu. Selalu.

"Ini merupakan gangguan publik, dan kamu bisa mendapat hukuman untuk itu!!!"

"Apakah anda merasa terganggu karena saya, Mam?"

"Kamu mengganggu siswa lain!"

"Saya bukan satu-satunya siswa yang datang dengan skateboard!"

Mrs Peterson menelan kesal. Ia tahu adu argumen kali inipun tak akan ada akhir. Dia tidak ingin merusak mood seluruh kelas hanya karena seorang anak keras kepala dan tak tahu diri. 

Maka hal selanjutnya yang ia bisa lakukan untuk membungkam mulut itu adalah dengan mengalah, dan melanjutkan pelajaran. Bukankah seorang guru dituntut harus demikian?

Hari ini adalah due time untuk pengumpulan proyek kelompok Biologi. Satu persatu ketua dari setiap kelompok maju ke hadapan Mrs Peterson untuk menyerahkan hasil kerja timnnya. Begitu juga dengan Shanon. Tapi ada yang aneh. 

Perempuan keturunan Rusia itu mencoret sesuatu di kertas laporannya dengn gerak-gerik yang tegas. Mrs Peterson memicingkan mata menuntut penjelasan.

"She refused to participate, that's why i excluded her"

Nadanya begitu lembut, tapi berhasil membangkitkan amarah Mrs Peterson.

"You refused to participate!!!?????" Mrs Peterson beralih dari Shanon si ketua kelompok, kini ia menatap berang ke gadis gila itu. 

Find Me √ (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang