Belajar Melepas

69 24 0
                                    

Jae Suk menerobos pintu yang setengah terbuka demi mengejar Yoo Jung. Ia tertegun melihat lengan putrinya yang dibungkus perban panjang dan tebal. Ia meraih lengan itu dengan gerakan pelan dan mengelusnya dengan lembut.

"Kalau tau begini, appa tidak akan mengakhiri ini semua. Appa akan-"

"Tidak sekarang, kumohon!" Yoo Jung dengan tiba-tiba merangkul Jae Suk seraya berbisik.

"Appa minta maaf, sayang! Appa minta maaf. Ini semua kesalahan Appa" Jae Suk langsung paham maksud Yoo Jung. Ia tak ingin membahas masalah ini lebih lanjut di hadapan Jin Goo.

Mengerti situasi, Jin Goo pamit pulang. Ia meninggalkan dengan hati berat. Ia sangat ingin tahu lebih banyak tenang semua. Tentang alasan Yoo Jung menjadi sangat rapuh. Alasan yang memotivasinya untuk menyakiti diri sendiri. 

Tapi dia adalah orang lain. 

Dia tidak berhak untuk ikut campur. Satu hal yang bisa ia lakukan saat ini adalah mendoakan agar semuanya baik-baik saja. Agar Yoo Jung segera kembali seperti sedia kala.

----

Ruangan itu begitu remang. Hanya mengandalkan cahaya dari jalanan, dan langit tak berbintang malam itu. Yoo Jung duduk tertunduk di hadapan Jae Suk. Ia membiarkan air matanya berjatuhan begitu saja.

"Ini terasa sulit, Appa. Orang itu bahkan tak menoleh sedikitpun. Dia begitu ceria bak berhasil keluar dari neraka. Dan kita... Dan aku..."

Jae Suk menderita melihat air mata gadis itu. Ia tak tahu harus bicara apa. Ia hanya mengelus kepala gadis itu untuk beberapa saat.

"Adalah lumrah kamu kehilangan orang yang kamu sayangi. Adalah lumrah kamu kehilangan Omma bahkan Appa. Tapi, kau tak boleh kehilangan dirimu sendiri, Yoo Jung-a. Kita pasti bisa melalui ini, nak. Semua akan baik-baik saja.."

Jae Suk menangkup pipi gadis itu dengan kedua tangannya. Menyeka air mata yang membasahi kulitnya. Ia begitu hancur menyaksikan kerapuhan putrinya itu.

----

Yoo Jung masih berperang dengan perasaannya. Tidak semudah itu melepaskan. Ini sudah seminggu sejak Eun Bi meninggalkan rumah. Tapi kesedihan masih melanda. 

Kadang dirinya tidak paham, dia bahkan tidak sedekat itu dengan ibunya, hatinya begitu marah dengan presensi wanita egois itu. Tapi mengetahui segalanya telah berakhir, tak membuat dirinya merasa tentram.

Malam-malam terasa semakin panjang. Kadang ia habiskan dalam renungan yang tak berkesudahan hingga pagi menjemput. 

Tak jarang ia terpaksa menyibukkan diri dengan tontonan yang sebenarnya tidak ia sukai, demi mengajak matanya untuk terlelap. Insomnia begitu menyiksa tubuhnya. Tak hanya itu, sering dia merasa takut tiba-tiba. Bayang-bayang kematian menyerangnya tanpa sebab. 

Tak jarang itu membuatnya sesak napas. Pikirannya menjadi tidak karuan. Sedikit saja ia merasakan tidak nyaman di bagian tubuh, maka kesedihan akan merasukinya tanpa ampun. 

Merasa kalau rasa sakit di tubuhnya akan segera mengantarkannya ke dunia lain. Penuh kegelapan. Di tengah malam ia menghabiskan waktu menangis dalam sepi. Kepalanya begitu panas dan dadanya terasa berat.

Jae Suk masuk ke kamar Yoo Jung membawakannya air hangat dan sebuah buku tipis. Sejak kejadian Yoo Jung berusaha menyakiti diri sendiri membuat Jae Suk mempererat kedekatannya dengan putrinya itu.

"Appa akan tidur di sini mulai sekarang!"

"What??!!!!"

"Appa akan menemanimu hingga kau tertidur.."

"Tapi -"

"Kau pernah mendengar istilah ecofasicme?" Jae Suk langsung membuka diskusi.

"Ya. Aku pernah baca. Itu semacam ejekan yang dipakai orang-orang yang menentang gerakan lingkungan hidup dan menuduh aktivis lingkungan sebagai kelompok fasis kan? Aku pernah membaca ada beberapa penulis yang mengatakan bahwa suatu saat, pemerintah bisa saja menggunakan kebijakan ekstrem untuk menyelesaikan masalah lingkungan hidup, itu dia tadi.. ekofasisme"

Diam-diam Jae Suk tersenyum girang. Umpannya berhasil. Yoo Jung memang seru diajak berdiskusi. Apalagi berdebat.

"Kebijakan ekstrem? Contohnya seperti apa?"

"Ya salah satunya genosida, begitu. Jadi demi menjaga kelestarian lingkungan, bukan tidak mungkin suatu saat orang-orang berkuasa menggunakan genosida untuk menghabisi populasi manusia yang menjadi sumber masalah lingkungan itu sendiri"

Diskusi itu berlanjut hingga larut. Entah karena sudah terlalu lelah komat-kamit, akhirnya Yoo Jung ngantuk dan tertidur di sisi ayahnya. Jae Suk melirik jam di dinding. Pukul 3. Ini rekor yang baik. Seminggu terakhir Yoo Jung terlelap mendekati jam 5 dan 6. Jae Suk lega, triknya cukup berhasil.

Setiap malam Jae Suk harus datang dengan ide-ide diskusi untuk menyibukkan pikiran Yoo Jung. Tak dibiarkanya ia berhenti berpikir. Ada kalanya mereka membicarakan ekonomi kapitalisme. 

Find Me √ (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang