Menuju Akhir

96 27 2
                                    

Wisconsin di malam hari adalah pemandangan terbaik. Gemerlap lampu-lampu dari gedung-gedung begitu indah. Kota itu punya sejuta pesona.  Semua itu diselimuti langit berbintang, dan dibelai udara malam yang menyejukkan.

Pesona itu tidak lagi bermakna. Kota itu masih sama, tapi tidak dengan jiwa rapuh yang mendiaminya.

Beberapa tahun terakhir, keindahan itu bak tertutup kabut kehidupan rumah tangga Jae Suk. Prahara rumah tangganya tak kunjung berakhir, malam-malam menjadi sepi dan tak menyenangkan, khususnya seperti sekarang ini.

Dalam kegusaran Jae Suk mondar-mandir di ambang pintu masuk apartemen. Sesekali ia melirik Rolex mewah yang melingkar di tangan. Wajahnya terlihat kaku dan matanya menyimpan kemarahan. Tegur sapa beberapa tetangga yang lalu-lalang diabaikan. Pikirannya berkecamuk. Kemarahan yang menggunung siap untuk meledak. 

Tepat saat itu Cadilac mewah berhenti dan wanita berpakaian glamour keluar dari dalamnya. Meski cukup jauh, dia bisa melihat jelas gerak-gerik wanita itu ke lelaki di balik setir. Tatapannya manja, dan senyumannya begitu menggoda.

Jae Suk bergegas menghampiri wanita itu dan menariknya dengan paksa kearah taman. Wanita itu melakukan perlawanan. Ia menghempaskan genggaman Jae Suk sekuat tenaga.

"Apa maumu? Tidak bisakah kau pakai mulut kalau ada perlu? Kenapa kau harus menyakiti lenganku?!!"

"Aku berusaha berbicara baik-baik,tapi kau menganggapnya seperti angin lalu. Soo Hyun Omma, tak bisakah kau sedikit saja memikirkan perasaan anak-anak kita?"

"Sepanjang hidupku aku selalu memikirkan perasaan orang-orang. Demi menyenangkan orang tuaku aku sudah menikah denganmu. Demi kepuasan orang tuamu aku sudah melahirkan anak-anak untukmu. Demi anak-anak itu aku melewatkan masa mudaku. Persetan dengan semua itu. Aku.. tidak tahan lagi. Aku hanya akan memikirkan diriku dari sekarang.."

Seperti tertembak peluru yang membabi buta, Jae Suk beku dalam kesakitan. 

Perempuan yang dua puluh tahun terakhir telah bersamanya itu benar-benar sudah muak. Keayuan wanita yang membuatnya langsung mengiyakan perjodohan itu seperti sirna tergantikan kekejian. Tatapannya berapi-api siap menerkam semua yang menghalangi jalannya. Jae Suk kelu. Tak sanggup berkata-kata. Bahkan otaknya pun tak mampu berpikir jernih. 

Wanita itu tidak punya belas kasih. Tak peduli lagi.

Saat seperti ini ia bahkan dengan cuek meninggalkannya sendirian. Ia hanya bisa melihat punggung angkuh wanita itu semakin menjauh di telan pintu. Dan dia. Dia gemetar hebat. Kaki melemas tak sanggup menopang tubuh. Dia terduduk tak berdaya. Tatapannya kosong. Tapi mata itu jelas sudah penuh dengan bercak kesedihan.

Ya, dia pun tahu bahwa rumah tangganya tidak sempurna. Mereka bukanlah pasangan yang paling bahagia di dunia. Dia menyadari bahkan hingga sekarang cinta itu tak kunjung bersemi, meski sudah membina keluarga sedikitnya dua puluh tahun. Romansa yang dirasakan setiap pecinta tak benar-benar bersambut dari Eun Bi, istrinya. 

Tapi hidup ini bukan hanya tentang cinta. Lihatlah, mereka bahkan bisa bertahan untuk dua puluh tahun lamanya. Rasa hormat dan menghargai, itu sudah cukup, pikirnya selama ini. Toh banyak teman-teman yang menikah dengan orang pilihan sendiri, karena cinta. Namun ujung-ujungnya pernikahan mereka berakhir hanya seumur jagung, bahkan kurang dari itu.

Tak pernah terpikirkan olehnya. Bahwa satu waktu pernikahannya juga akan berakhir. Mana dia menduga kalau Eun Bi ternyata muak dengan semua ini. Dia hanya mengira sifat dingin Eun Bi terhadap dirinya dan anak-anak adalah bawaan karakter.

"Dia memang tidak suka berkata-kata, dan tidak menikmati kerumunan"

Begitu pembelaan Jae Suk setiap kali isterinya dicemooh oleh kenalan mereka.

Find Me √ (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang