Part ini panjang kok, aman!
"Karena gue nggak pernah cinta sama lo, maaf." Reno bersuara sambil melepaskan perlahan pelukannya pada tubuh Eca.
"Kita cerai aja, Ca!" Reno menambahkan.
Eca tidak berdaya, ia hanya mengangguk singkat berlalu pergi secepat kilat masuk ke dalam kamarnya.
Tangis Eca pecah, ia sudah cukup menderita dan sangat terluka. Tapi, dengan bodohnya Eca masih menangisi pernikahan yang diujung jurang ini.
Dalam lubuk Eca, ia masih sangat ingin mencintai Reno dan dicintai balik. Impiannya hanya ingin orangtua yang hebat bagi putri semata wayangnya Sera.
Menatap kepergian Eca, Reno tahu wanita itu rapuh dan terluka. Ini semua salahnya.
Andai dari awal Reno tidak membuka pintu pada Nadine, atau kalau bisa waktu diputar kembali Reno ingin mencintai Eca terlebih dahulu dan menjadikan wanita itu sebagai istrinya lagi dengan cara yang benar dan manusiawi.
Kini, hanya tertinggal puing-puing penyesalan. Bahkan jika diperbaiki pun kemungkinan tidak akan kembali utuh seperti sedia kala.
Reno telah gagal jadi suami dan ayah bagi keluarga kecilnya. Ia sudah menguatkan hati, bahwa ia akan merelakan Eca dan membiarkan istrinya itu terbang bebas, menjalani kehidupan yang lebih bahagia.
Beberapa menit pandangan Reno sedikitpun tidak beralih pada pintu kamar Eca yang tertutup. Sambil menghela napas panjang, ia mengambil kunci mobil.
***
Reno tiba dikediaman mewah Mamanya, Ny. Linda. Reno disambut oleh beberapa pekerja di kediaman lamanya itu karena memang semenjak menikah Reno jarang berkunjung ke rumah sang Mama.
"Eh Ren, sendiri aja? Eca nggak ikut?" Ny. Linda bertanya dengan gaya khas emak-emak rempong.
Muka Reno terlihat kusut, Ny. Linda tahu bahwa sang putra tidak baik-baik saja.
Tidak menjawab pertanyaan Ny. Linda, Reno memilih merebahkan diri di sofa ruang tamu.
"Kamu ada masalah sama Eca, Ren?"
Reno mendongak menatap Mamanya. Rasa bersalah pada Eca dan Mamanya menjadi satu, mereka berdua sama-sama wanita berharga dalam hidup Reno.
"Reno sama Eca mau cerai, Ma."
"Cerai? Kenapa? Terus Cucu kesayangan Mama kayak gimana?" Ny. Linda terlihat syok, ia segera duduk di sofa lainnya sambil memegangi kepalanya yang tiba-tiba pusing.
"Sera akan ikut sama Eca, Ma."
"Ren, nggak bisa begitu. Kalian ada permasalahan apa? Kenapa nggak diselesaikan terlebih dahulu. Mama tahu kalian berdua masih berpikiran kekanak-kanakan, apalagi kalian berdua menikah bukan karena cinta sekedar untuk pertanggung jawaban saja, tapi setidaknya dipertimbangkan lagi Ren...," ucap Ny. Linda sedikit memohon.
"Cinta nggak bisa dipaksa Ma, Reno nggak cinta sama Eca!" bohong Reno agar Ny. Linda berhenti bertanya.
"Nggak mungkin, pernikahan kalian sudah lebih dari satu tahun. Wajah kusut kamu datang kesini membuktikan bahwa kamu--" ucapan Ny. Linda terpotong ketika Reno bersujud di kakinya.
"Maafin Reno Ma, anak Mama ini udah jadi cowok brengsek--"
"Ren, kamu kenapa?" cemas Ny. Linda.
"Reno udah selingkuh dari Eca!"
"Eca tahu?" Ny. Linda bertanya dengan wajah terkejut.
Reno mengangguk mengiyakan, "Eca bahkan sering lihat Reno tidur bareng dan membawa wanita lain ke rumah kami..."
"Ren--!"
"Semua salah Reno, Ma."
"Memang semua salah kamu!" Ny. Linda menatap putranya dengan tidai percaya.
"Tapi semuanya bisa diperbaiki... kamu minta ampun sama Eca!"
"Reno juga tidur bareng sama Nadine, Ma." akui Reno dengan mata terpejam.
Bruk!!! Ny. Linda ambruk, ia tiba-tiba jatuh pingsan.
"Ma!!!"
***
Eca keluar dari kamar dengan mata membengkak.
Mata Eca menatap sekitar ruangan, tidak ditemukam tanda-tanda Reno. Apakah pria itu berada di tempat Nadine lagi? Eca penasaran apa yang dilakukan Reno di rumah wanita itu?
Hari juga sudah malam, jam menunjukan pukul 08.45 malam.
Ia mengecek ponsel untuk memastikan keberadaan Reno. Namun melihat banyaknya panggilan tidak terjawab dari orangtuanya membuat Eca sadar sesuatu.
Astaga! Sialan! Eca lupa menjemput Sera!
Eca menatap dirinya di cermin, dengan mata sangat bengkak seperti ini tidak mungkin ia mendatangi rumah orang tuanya. Eca belum bisa jujur pada mereka tentang keretakan rumah tangganya.
Eca mencoba menghubungi Reno untuk menjemput putri mereka. Namun, tidak ada jawaban.
Eca terlalu sibuk dengan patah hatinya, hingga mengabaikan permata berharganya, Sera.
Eca tidak bisa meminta tolong pada Ken, karena pria itu sedang berada di Australia sekarang.
Jawabannya hanya ada satu orang yaitu Farel.
Tapi semenjak kejadian saat itu, Eca menjadi canggung dan berusaha sekuat tenaga menghidari Farel.
Eca mendekatkan telepon genggam ke telinganya, panggilan terhubung.
"Halo Ca," sapa Farel terdengar bersahabat.
"Selamat malam Farel," sapa Eca balik dengan canggung.
"Malam juga, kenapa Ca?"
"Ehh ituu- Rel... Itu-- Sera--
"Ca?"
"Please help me, Rel."
"What's wrong, Ca?"
"Farel bisa ke rumah orangtua Eca nggak, jemput Sera soalnya Eca ada something."
"Bisa kok, tapi kenapa bukan Reno aja Ca."
"Eca nggak bisa ngehubungin Reno, kalau Ortu Eca tanya bikin alasan aja ya, Rel."
"Oke Ca, gue juga lagi siap-siap nih."
"Makasih banyak ya Farel."
.
.
.Wait
Wait
Wait
Ini bukan End ya, sekali lagi ini bukan End.
Tolong komen yang panjangggg yaaa, biar aku langsung update next partnya.
Btw kalian tim siapa, Farel, Ken, atau Reno?
Komen yang panjang ya, kalau komennya sampai 10 aku langsung update next part. (Next kak, lanjut thor = ini gak masuk hitungan ya🤣)
Capek ngetik dihargain yaa hehe
KAMU SEDANG MEMBACA
SLEEPING WITH SENIOR (COMPLETE)
Roman d'amourBijak-bijak dalam memilih bahan bacaan! 🐒 "Kak, boleh minta nomor hapenya?" Eca. "Lo itu jelek, norak, dan nggak bergaya. Nggak punya kaca, ya lo?!" Reno. "Kalau nggak mau, nolak aja kali, Kak. Nggak usah pakai ngata-ngatain," Eca. "Gue ngata-ngata...