54. DAUGHTER

2.1K 110 22
                                    

"Dokter Eca," sapa beberapa orang ketika Eca melintas melewati koridor rumah sakit. Meskipun dikenal cuek, Eca sebenarnya dokter yang baik hati.

Dering ponsel bergetar di saku celana Eca, dengan cepat pula Eca segera menjawab panggilan tersebut.

Entah ada gerangan apa, Sera menelponnya. Padahal beberapa jam lalu Eca mengantarkan Sera ke sebuah cafe, karena kerja kelompok sekolahnya.

".... " Suara seorang wanita dari seberang telepon membuat Eca membeku.

Dunia Eca berputar begitu cepat, lalu roboh seketika. Ponsel Eca terjatuh dari genggaman tangannya. Ia pun segera berlari.

Bagaimana reasksi seorang Ibu ketika mengetahui putri semata wayangnya kecelakaan, dan sekarang Sera sedang dilarikan ke rumah sakit yang sama seperti tempat Eca bekerja.

Pandangan Eca berhenti, putrinya terbaring lemah di atas stretcher yang tengah di dorong oleh beberapa orang dokter.

Eca mengikuti, dengan tangis yang tiba-tiba tumpah.

"Sera, Bunda di sini, Nak." Eca mengenggam tangan putri kecilnya yang bersimpah darah.

Ia mencoba menerobos masuk ketika putrinya di bawa masuk ke ruang UGD.

"Dokter Eca tenang, Dok." Doni salah satu perawat menahan tubuh Eca, bersama dengan Adam rekan perawat yang lain.

"Aku harus lihat kondisi anak aku.... " Sera bersuara lebih seperti teriakan histeris, jantungnya berdegup sangat kencang.

Sebagai seorang dokter, Eca bisa melihat kondisi pasien dengan matanya. Dan kondisi Sera terlihat tidak baik-baik saja.

Sera jelas merupakan pasien kritis sehingga langsung dilarikan ke UGD dan langsung menjalani beberapa prosedur operasi.

Dalam keheningan, Eca mondar mandir menunggu operasi selesai dan penjelasan dokter yang bersangkutan.

Eca terus berdoa dam yakin bahwa putrinya akan baik-baik saja.

Setelah cukup lama, seorang dokter wanita yang menjadi penanggung jawab di ruang operasi keluar dari UGD diikuti beberapa orang dokter lain.

"Dokter Wendy, kondisi anak aku gimana, Dok?"

"Golongan darah dokter Eca apa?"

"Aku B. Gimana kondisi Sera, Wen?"

"Operasi berhasil, tapi Sera masih dalam kondisi kritis. Anak kamu, Ca punya golongan darah cukup langka dan sekarang kita tidak punya cukup stok darah tersebut di sini. Mungkin ada keluarga terdekat kamu, Ca yang golongan darahnya sama dengan Sera."

Eca menghela napas berat. "Golongan darah Sera O negatif kan?" tanya Eca sambil mengacak rambutnya frustasi.

Sebagai seorang tenaga medis Eca tahu betul bahwa golongan darah O- tersebut jarang bagi sebagian orang. Apalagi golongan darah tersebut hanya bisa menerima donor dari golongan darah yang sama juga, yaitu sesama O-.

"Wendy, aku akan cari pendonor buat Sera. Tolong kamu jaga Sera."

"Iya, Ca."

***

Dengan cepat Eca berlari, satu tujuannya saat ini. Yaitu, Reno. Bukan hanya fisik, dan sifat Sera yang mirip dengan Reno.

Namun putrinya itu juga mewarisi darah langka itu dari sang Ayah.

Bahkan bagaimanapun upaya Eca untuk menjauhkan Sera dan Reno. Mereka tetaplah ayah dan anak yang tidak akan bisa didustakan.

Eca memilih jalan memutar, jalan utama tempat putrinya kecelakaan di tutup. Anehnya, tempat kecelakaan yang menimpa Eca berjarak begitu dekat dengan perusahaan Reno.

Wanita cantik yang kini terlihat acak-acakan itu menjadi pusat perhatian seluruh pegawai perusahaan.

Bukan hanya karena pakaiannya, namun bercak darah yang belepotan di pakaian Eca membuatnya terlihat seperti kriminal yang barusaja melarikam diri.

"Pak Reno dimana?" tanya Eca pada setiap orang yang ia temui. Ia tidak hapal area perusahaan mantan suaminya itu, sehingga Eca berlari dengan membabi buta mencari Reno dari banyak pegawai pria yang berlalu lalang.

Beberapa sekuriti berhasil menahan Eca. Namun, dengan sekuat tenaga Eca memberontak.

"Saya harus ketemu Reno...!" teriak Eca berpasrah diri ketika ia diseret keluar perusahaan.

Eca jatuh tersungkur, kali ini ia benar-benar tidak dapat menerobos masuk. Ia menangis sejadi-jadinya, memanggil nama Reno tanpa henti.

Sebuah uluran tangan dengan kutek ungu cerah membuat Eca mendongak.

"Bangun, Bu. Ada keperluan apa?" tanya wanita cantik dengan senyuman hangat.

"Saya perlu ketemu Reno sekarang juga!!" kata Eca penuh emosi. Putrinya diambang kematian, mana bisa ia bersantai begitu saja.

"Reno?" tanya wanita dengan tag nama Chika yang menempel di bajunya itu.

"Iya, Reno Julian Navo! Mantan suami saya--"

"Pak Julian?" Chika bertanya kembali.

"Tolong, aku harus bertemu Reno ...." lirih Eca sambil memohon.

Chika membawa masuk Eca, tidak peduli dua sekuriti yang nampak tidak suka dengan kehadiran Eca yang barusan telah membuat kerusuhan.

"Kamu tunggu di sini dulu, Pak Julian masih ada rapat--" kata Chika sambil menyuguhkan teh hangat pada Eca. Ia sungkan untuk bertanya apa yang terjadi pada Eca.

Eca menyeruput teh hangat itu sesaat. Ketika dirasanya Chika sedang lemah.... Eca dengan cepat melarikan diri.

Tidak ada waktu untuk minum teh, di situasi yang begitu genting ini!

SLEEPING WITH SENIOR (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang