14. Nadine!!

6.5K 150 4
                                    

Eca nampak sibuk mondar-mandir di sekitar ruang tengah, ia menggendong Sera yang tidak berhenti menangis sejak tadi pagi.

"Mau asi kali," ucap Reno singkat. Sambil menikmati cemilan dan menonton saluran olahraga di tv.

"Udah Eca kasih, Ren. Tapi, Sera nggak mau," sahut Eca apa adanya.

"Lo sih jadi Ibu nggak becus."

Eca menggigit bibir bawahnya, sudah sejak tadi pagi ia kewalahan. Membagi waktu antara pekerjaan rumah dan Sera. Bagaimana bisa, Reno berkata sekejam itu?

Suara bel berbunyi di apartment kecil itu.

Reno bangkit untuk melihat siapa tamu yang berkunjung di pagi minggu yang sibuk seperti sekarang?

Ia memutar gagang pintu lalu menariknya perlahan hingga terbuka. Penampakan sosok wanita cantik dengan dress transparan terlihat menyilaukan mata.

"Nadine?" tanya Reno mengenali.

Wanita itu mengangguk dengan cepat ia menghampiri Reno. Melingkarkan tangannya pada leher janjang pria itu. Sembari mencium lembut bibir Reno sebagai sapaan dari budaya barat yang telah ia adaptasi.

"Masuk, Nad!" kata Reno mempersilahkan Nadine masuk ke dalam apattementnya.

"Itu istri lo, Ren?" Nadine menatap Eca dengan tatapan bingung.

Reno mengangguk mengiyakan.

Eca menahan tangan Reno. Ia tidak mengerti, kenapa Reno mempersilahkan Nadine memasuki kamar tamu. Tidak mungkin ada wanita lain yang akan tinggal satu atap dengan mereka?

"Dia tinggal di sini?"

"Iya, satu bulan aja. Dia ada bisnis di Jakarta, lagipula kemauan Mama juga.  Nadine udah Mama anggap kayak anaknya sendiri juga. Jadi, lo jangan sampai bikin dia nggak nyaman tinggal di sini!"

Eca mengangguk lemah. Meskipun ia menentang tidak ada gunanya. Sementara, Mama Mertua Eca pun nampak setuju-setuju saja dengan kehadiran Nadine.

"Ca, makan siang udah siap belum?" Reno bertanya dengan suara tinggi.

"Bentar lagi, Ren." Eca menjawab seadanya. Ia melirik tidak suka pada Reno yang sedang duduk di sofa dengan Nadine yang sedang merebahkan kepalanya pada paha Reno.

"Mereka pikir Eca pembantu," batin Eca sedih. Setelah Eca berhasil menidurkan Sera, ia tidak benar-benar lega. Karena, kehadiran nyamuk sialan dari masa lalu Reno yang sekarang malah bergabung bersama dengan mereka.

"Reno, buka mulut... gue suapin," ucap Nadine dengan tangan yang menggandeng Reno intens.

Eca melirik dengan tidak suka. Tapi lagi-lagi, Eca hanya bisa diam. Ia menikmati makananya dengan lahap. Berharap rasa kesalnya lekas menghilang.

🐒🐒🐒

"Argghhh!!"

Ini sudah kali kedua Eca mendengar desahan dari kamar tamu yang ditempati Nadine. Wanita itu benar-benar berniat menggoda Reno, dengan pakaian seksi yang tiap hari ia kenakan, ditambah tanpa bra yang membuat pentil susunya nampak menonjol.

Benar saja, baru satu minggu Nadine bersama mereka. Reno sudah dua kali masuk ke dalam kamar itu.

Apa lagi? Jika bukan untuk bercinta dengan si SEKSI Nadine, teman masa kecilnya.

Eca menyusui Sera, ia sakit hati. Namun, saat ini Eca lebih mementingkan putri kecilnya. Eca berdoa pada Tuhan, semoga Sera tidak akan berakhir malang seperti dirinya.

"Aggghhh!!" Suara Reno dan Nadine yang mendesah panjang menusuk indra pendengaran Eca.

Mereka berdua benar-benar menjijikan.

🐒🐒🐒

Reno membuka matanya, saat sesuatu meraba di balik celana dalamnya. ia membuka matanya, menatap wajah cantik Nadine yang tengah tersenyum manis.

"Ren, gue kecewa lo udah nikah several ini ...," kata Nadine, ia menanggalkan pakaiannya hingga tubuh telanjangnya terekpos.

Nadine menaiki tubuh Reno yang tengah berbaring, ia menarik resleting celana Reno hingga batang itu terlihat berarti kokoh.

Tangan Nadine meremasnya dengan gemas, hingga Reno mendesah menyebut nama Nadine dengan tertahan tepat saat Nadine menggigit ujung kemaluan miliknya.

Nadine mengulum penis Reno penuh nafsu, sesekali is mengocoknya. Memanjakan Reno dengan sentuhan maut miliknya.

"Ahh ahhh!" death Reno sambil menarik rambut panjang Nadine.

Nadine tersenyum puas, ia menancapkan penis milik Reno pada lubang vagina miliknya.

Nadine yang berada di atas tubuh Reno memainkan permainan penuh. Ia memimpin dengan maksimal, sementara Reno menggelinjang sambil mermasnya dua gundukan milik Nadine yang menjuntai di depan matanya.

Eca memegangi dadanya rasa sakit itu menyebar, ia bersadar di tembok. Sekali lagi, ia mengintip dari celah pintu kamar Reno yang nampaknya sengaja tidak di tutup.

Sampai sesakit apalagi seorang Eca? Agar, Reno bisa menunjukan sedikit saja kebaikan hatinya pada Eca.

SLEEPING WITH SENIOR (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang