62. AKHIRNYA... (END)

4.5K 134 17
                                    

Hey aku tahu kalian kesal karena kena PRANK dari aku.

Tapi beneran, part ini adalah part terakhir. Terimakasih buat yang membaca cerita coklat sampai sejauh ini. Coklat sayang kalian.

Ini part terpanjang, ya sejauh yang pernah aku ketik.

Warning : typo. Tandain aja kalau kalian melihatnya.

***

Begitulah yang terjadi.

Semenjak hari itu, Reno benar-benar menghilang dan tidak pernah muncul di hadapan Eca.

Tapi, ada sesuatu hal yang membuat perasaan Eca merasa tidak nyaman. Dan, ia tidak tahu apa itu.

Mungkinkah, sebenarnya Eca tidak menginginkan kepergiaan pria itu?

Tapi, apa daya. Nasi sudah menjadi bubur dan Eca tidak mungkin menjilat ludahnya sendiri.

"Bunda, Daddy mana?" tanya Sera, putri kecilnya yang terus-menerus menanyakan beradaan sang Ayah.

Eca membalikan badan lalu mengukit senyum getir di sudut bibirnya. "Daddy belum bisa ketemu sama kamu sekarang, Daddy masih sibuk." Eca menjawab cukup berat.

Ya, sudah sebulan lamanya Reno menghilang tanpa jejak sejak kemarahan Eca waktu itu.

Mungkin Eca egois. Ia hanya ingin melimpahkan semua masalah yang ia punya pada Reno. Karena hutang masa lalu pria itu, yang belum terbayar dan masih meninggalkan luka pada keluarga kecil Eca.

Dan seminggu yang lalu, kesadaran sang putri telah kembali. Sera bahkan bisa berbicara dan mengenali Eca dengan normal.

Tapi, gadis belia itu telah kehilangan ingatannya.

Itu juga adalah alasan Sera terus-menerus bertanya kehadiran sang Ayah.

Sebagai seorang Ibu, Eca tidak mungkin memberitahu kejadian yang sebenarnya... apalagi kondisi sang putri belum 100% sembuh total.

Eca akan melindungi Sera. Tidak apa, jika ia berbohong dengan kebaikan sang anak tercinta.

"Sera kangen sama Daddy. Kenapa Daddy nggak pernah menjenguk Sera di sini?" Gadis cantik itu bertanya dengan wajah polos dan mata berbinar penuh rasa penasaran.

"Daddy pasti akan datang buat Sera," kata Eca lagi-lagi harus berbohong pada Sera.

Dulu, mudah untuk Eca berkata buruk pada mantan suaminya atau bahkan menghasut sang anak untuk ikut membenci sang ayah.

Namun, kini tidak semudah itu.

Eca sudah tahu kebenarannya.

Bahwa, ia dan Reno sama-sama menderita di waktu yang sama.

"Bunda ...." Sera meraih tangan Eca.

"Iya, sayang?"

"Sera lupa bagaimana wajah Daddy ...." Gadis yang terbaring di atas ranjang rumah sakit itu meneteskan air matanya. "Sera mau ketemu Daddy, sera harus ingat wajah Daddy!"

Eca nampak gelisah ketika Sera mulai menangis dan kejang-kejang seperti beberapa hari yang lalu.

"Sera ...."

Eca tidak kuasa menahan tangis, ia mencemaskan sang anak tercinta. Dengan cepat, Eca menekan tombol code blue, membuat beberapa orang dokter langsung menuju ruang dimana Sera dirawat.

***

Malam yang gelap menggambarkan warna kehidupan Eca semenjak Sera masuk rumah sakit. Hujan yang deras malam ini, mewakili perasaan Eca.

SLEEPING WITH SENIOR (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang