40. Perasaan Baik Buruk

2K 93 6
                                    

Ini extra 5 part double up!

Yuk tamatin cerita ini, bantu aku...
dengan cara komen di setiap part yang aku update.

Aku selalu nepatin janji, giliran kalian lagi.

***

Sera menatap wajah Reno ketika pria itu meniup lukanya dan menempelkan plester luka dengan sangat berhati-hati.

Untuk pertama kalinya, Sers melihat wajah Daddy bahkan di waktu yang tidak pernah ia duga sebelumnya.

Sosok Daddy terlihat tidak jauh berbeda dari cerita Bundanya. Namun, ada satu hal yang terlihat seperti kebohongan besar dari mulut Bunda, yaitu sikap Daddy.

Entahlah! Sera tidak bisa menilai dengan baik, lagipula ini pertemuan pertama mereka.

Eca tidak pernah memperlihatkan wajah mantan suaminya dihadapan buah hati mereka.

Namun, seperti Reno dan Eca. Sera memiliki kecerdasan di atas rata-rata, diusia yang tergolong masih belia ia sudah cukup dewasa untuk berpikir.

Ketika pertama kali pindah ke Jakarta dari Jepang, saat itu pula Sera melihat foto-foto Daddynya yang ternyata masih disimpan oleh Eca. Meskipun sekarang, Sera tidak lagi mengetahui dimana Bundanya menyimpan benda-benda penuh kenangan mereka berdua dulu.

Tapi Sera bersyukur ia pernah melihat sosok Daddy meskipun hanya dalam wujud foto, dan sekarang Sera melihat mantan suami Bundanya itu dalam wujud nyata, yang tidak jauh berbeda dari foto-foto lama 10 tahun yang lalu.

"Kamu mau es krim?" tanya Reno merasa aneh, karena gadis kecil yang ia tolong terus-terusan menatapnya.

"Om kira aku anak kecil!" Sera bangkit dari duduknya. Lagipula lukanya sudah selesai dibersihkan dan diobati.

"Rumah kamu dimana, biar Om antar pulang?"

"Aku bisa pulang sendiri."

"Kamu yakin, gimana kalau kamu ketemu mereka lagi?"

"Om kira aku takut sama mereka?"

"Bukan itu maksud Om. Hanya saja, Om bingung kenapa kamu bicara sesantai ini sama orang yang lebih tua dari kamu?"

Sera menatap sekitar, ia sudah berada di jalan utama. Jadi, cukup nyaman untuk menemukan taksi untuk pulang ke rumah sendiri.

"Umur hanya angka, Om. Rata-rata orang dewasa yang malah tidak bertanggung jawab sama sekali. Contoh, orangtua yang mengabaikan anaknya, ataupun ayah yang meninggalkan keluarganya. Untuk apa orang dewasa dihormati?"

Reno tidak dapat merespon apa-apa. Jujur, ia terheran-heran bagaimana gadis sekecil itu bisa berbicara sangat fasih layaknya orang dewasa.

Mata Reno mengikuti jejak gadis kecil yang kini berdiri di depan jalan sambil menghadang taksi.

Tidak butuh waktu lama, Sera berhasil menemukan sebuah taksi. Ia masuk ke dalam taksi, matanya menatap Reno sebentar dari balik jendela mobil.

"Orang dewasa sangat memuakan!" Sera berkata pada dirinya sendiri.

***

"Ca, lo ada masalah?"

Eca menatap Farel dengan senyum di bibirnya. Kepala Eca menggelang pelan, jelas sekali ia sedang berbohong.

"Akhir-akhir ini banyak kerjaan di rumah sakit?" Farel bertanya lagi sambil meraih punggung tangan Eca.

"Iya, lumayan sibuk."

Farel beranjak dari tempat duduknya, berdiri di belakang Eca dan mulai memijit pundak pujaan hatinya.

"Lo kelihatan capek soalnya," kata Farel hangat. Ia membenamkan kepalanya sebentar pada bahu Eca dengan manja seraya berucap, "I miss you, Ca." Farel pun kembali melanjutkan pijatan-pijatan kecil yang ia berikan pada Eca.

Tubuh Eca bangkit dari kursinya, ia berterima kasih karena Farel begitu peduli padanya. Bahkan, jauh-jauh Farel membawakan bekal makan siang untuk Eca ke rumah sakit.

Padahal yang Eca tahu, Farel juga adalah orang yang cukul sibuk. Melihat perhatian Farel padanya, membuat Eca merasa bersalah.

"Lain kali kalau Farel mau datang ke sini, kabarin Eca ya."

"Iya Ca, maaf nggak kabarin lebih dulu."

Eca menggeleng cepat. "Makasih udah bawain bekal makan siang buat Eca." Wanita berambut pendek itu bangkit berdiri di depan Farel.

Eca berjalan masuk ke dalam pelukan hangat Farel. Ibu satu anak itu memeluk Farel dengan erat.

Apapun yang pernah terjadi di masa lalu, Eca akan mengabaikannya. Ia susah memilih Farel sebagai pria yang akan ia cinta di masa sekarang.

Eca membenamkan kepalanya pada dada bidang Farel. Sementara Farel ikut membalas pelukan Eca sembari mengusap pelan pucuk kepala wanitanya.

Di jarak sedekat ini, Eca bisa mendengar suara jantung Farel yang berdetak.

Ia memejamkan mata, dan anehnya Eca malah membayangkan suara detak jantung Reno.

Dengan cepat, Eca melepaskan pelukannya dan melangkah mundur dengan senyuman tidak nyaman.

"Rel, Eca ada urusan dan harus balik ke dalam." Eca berucap dengan cepat lalu segera pergi meninggalkan Farel.

SLEEPING WITH SENIOR (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang