"Sera masih nggak mau bicara sama Bunda?" tanya Eca sambil mengetuk pintu.
Tidak ada sahutan, Sera masih mengurung diri di dalam kamarnya. Jujur, Eca mencemaskan kondisi kesehatan Sera.
Sudah dua hari putrinya enggan berinteraksi dengan dirinya. Ia pertama kalinya bagi Eca melihat Sera bertindak sangat keras kepala.
Eca bahkan mengambil cuti di hari kerja yang harusnya padat hari ini, dengan alasan ia sedang tidak begitu sehat.
Padahal ia seorang dokter, alasan tersebut tertunya terdengar canggung dan aneh bagi para dokter.
Eca yang tengah duduk di sofa sambil memangku labtobnya menatap ke arah suara yang terdengar dari kamar Sera.
Pintu kamar itu terbuka, menampilkan penghuni berpiyama hello kitty yang terlihat sangat ngantuk.
Pandangan Eca dan Sera bertemu.
"Sera mau makan, biar kita siap-siap makan di luar?"
Sera mendesis, ia berjalan ke arah dapur. Meraih serealnya yang berada di atas meja. Dengan tidak sabaran Sera menuangkan sereal ke dalam mangkuk, lalu menungkan susu putih yang ambil dari dalam kulkas ke dalam mangkuk kaca itu.
Sera duduk tenang sambil menikmati serealnya yang berharga.
"Atau mau Bunda masakin? Kamu mau makan apa?" Eca meletakan labtobnya di atas meja, ia bergegas menghampiri Sera.
Sera menarik kursi sedikit menjauh dari sang Bunda.
"Bunda nggak kerja?" Kalimat tanya itu keluar untuk pertama kalinya dari bibir Sera setelah dua hari tidak berbicara pada Eca.
"Engga, Bunda hari ini ambil libur. Khusus buat kamu... mau jalan-jalan bareng Bunda?"
Sera telah selesai menyantap serealnya, ia menyambil mangkok kotornya lalu meletakannya di meja cuci piring dan kembali menghindari Eca.
"Kita ke kebun binatang, museum, atau taman bermain?"
"Kalau Bunda mau jalan atau keluar rumah, kenapa nggak ke rumah sakit aja!"
"Sera... Nak! Dengerin Bunda."
Eca pun dengan cepat menghalau pintu kamar Sera, mencegah putrinya itu kembali mengurung diri.
"Sera ada masalah, Nak. Cerita sama Bunda?"
"Emang Bunda bakal mengerti?"
"Bunda akan berusaha untuk mengerti kamu, Bunda janji."
"Janji Bunda itu palsu-"
Eca meraih putrinya, ia bisa merasakan gejala depresi dini dilihat dari sorot mata kosong Sera menatapnya dengan nada suara yang cukup tinggi dan terdengar penuh amarah.
Pelukan Eca semakin erat pada sang Putri ketika Sera meronta-ronta minta dilepaskan. Ia bahkan tidak menghiraukan pukulan-pukulan Sera pada tubuhnya.
"Bunda minta maaf, sudah membuat Sera merasa tidak diprioritaskan oleh Bunda."
"Bunda benar-benar minta maaf sama Sera."
"Maafin Bunda ya, Sera mau kan maafin Bunda?"
Sera berusaha menutup telinganya, namun tetap saja ia bisa mendengar rintihan sang Bunda yang terdengar sendu dan penuh kesedihan.
Bagaimanapun, Bunda tetaplah Bundanya?
Tidak lama Sera merasa sesuatu menetes di bahunya, yang lama kelamaan terasa basah.
Sera tahu, Bundanya sedang menangis sambil memeluknya dalam keheningan tanpa suara.
Tangan Sera perlahan bergerak mengelus lembut rambut pendek Eca.
Mungkin harus ada yang terluka dulu, agar salah satu pihak bisa saling memahami.
.
.Yuk bisa yuk.
30 komen ya, harus lebih dari tiga kata komennya. Next thor tidak masuk hitungan karena 2 kata.Yuk bisa yuk, sama-sama.
30 komentar, oke?
KAMU SEDANG MEMBACA
SLEEPING WITH SENIOR (COMPLETE)
RomansaBijak-bijak dalam memilih bahan bacaan! 🐒 "Kak, boleh minta nomor hapenya?" Eca. "Lo itu jelek, norak, dan nggak bergaya. Nggak punya kaca, ya lo?!" Reno. "Kalau nggak mau, nolak aja kali, Kak. Nggak usah pakai ngata-ngatain," Eca. "Gue ngata-ngata...