44. Es Krim Cerita

1.9K 103 27
                                    

Mobil Eca berhenti di depan sekolah Sera. "Semangat belajarnya, Sera!" kata Eca ketika Sera turun dari mobil.

Sera hanya mengangguk singkat. Ia berdiri di depan gerbang sekolahnya sambil menunggu mobil Bundanya benar-benar menghilang dari pandangan mata.

Setelah beberapa menit menunggu, Sera tersenyum lebar. Di saat anak-anak lain berlari menuju sekolah, ia malah mengeluarkan sebuah jaket dari dalam tasnya.

Dengan cepat Sera memakai jaket tersebut. Ia pun melangkahkan kakinya, menjauh dari sekolah.

Lebih tepatnya, gadis yang duduk di kelas 6 SD itu sedang membolos dengan sengaja.

Sera tiba di tempat yang ia lewati beberapa hari lalu. Di tempat ini pula, Sera berhasil bertemu sang ayah.

Duduk di pinggir sebuah bangunan, Sera memperhatikan ke jalan utama. Menunggu Daddy-nya yang kemungkinan melewati jalan tersebut.

Sejam berlalu dalam keheningan, Sera menjadi bosan. Beberapa orang yang lewat bertanya padanya?

Apakah ia tersesat atau membutuhkan bantuan?

Sera yang tengah berjongkok, malah membenamkan kepalanya dengab malas di kedua lututnya. Sesekali ia memainkan kerikil-kerikil jalan yang terkikis.

Tanpa Sera sadari, sudah tiga jam ia menunggu dalam kesendiran. Tidak ada tanda-tanda sang Daddy.

Yang ia ketahui, hanyalah ini satu-satunya cara agar ia bisa bertemu Reno lagi.

Sera hampir terlelap, kebosanan menyebabkan serangan ngantuk mendadak. Beberapa kali, Sera tertidur lalu kembali terbangun ketika keramaian jalan tersdengar.

"Are you, okay?" tanya seorang pria.

Kesadaran Sera kembali, ia mengelap bibirnya lalu mendongak.

"Kenapa baru datang sekarang?" Sera bertanya dengan nada marah, sambil melemparkan kerikit yang berada di genggaman tangannya pada pria itu.

"Eh, kamu lagi!" Reno lebih kaget ketika bertemu kembali dengan gadis kecil yang ia selamatkan hari itu.

"Mereka menganggu kamu lagi?" tanya Reno lagi, sambil menyodorkan tangannya, niat ingin membantu Sera.

Namun, dengan kasar Sera menepis tangan Reno dan bangkit dengan sendirinya.

"Om, beliin aku es krim," kata Sera sambil meraih lengan baju Reno.

Reno terdiam, terakhir kali ia ingat betul bahwa gadis kecil bermulut tidak sopan itu menolak es krim yang pernah ia tawarkan.

"Mau rasa apa?" tanya Reno berbaik hati.

"Apa aja," jawab Sera mengekori Reno, ketika pria itu membawanya mampir ke sebuah mini market kecil tidak jauh dari jalan.

Tidak tanggung-tanggung, Reno membelikan bermacam-macam varian es krim dan juga cemilan pada gadis itu.

Sambil memandangi gadis itu memakan es krimnya dengan tenang, Reno membuka salah satu cemilan dan ikut ngemil bersama sambil memperhatikan keramaian jalan.

"Kamu nggak sekolah?" tanya Reno, jujur sejak awal pertama bertemu. Ia sudah sangat penasaran dengan gadis kecil yang ia temui di dalam gang itu.

"Sekolah, tapi aku bolos." Sera menjawab santai, kata-katanya berhasil membuat wajah Reno berubah dan terlihat kaget.

"Kamu pasti bodoh dan nakal di kelas?" tebak Reno asal tuduh.

Eca tertawa sinis, lalu menatap Reno dengan tajam. "Aku yang paling pintar di kelas, yang lainnya umur 12 tahun kelas 6 SD, tapi aku baru 10 tahun."

"Masa sih, Om nggak percaya?" tanya Reno dengan nada mengejek.

"Nggak usah kalau nggak percaya!"

Reno tertawa kecil dan berucap, "pasti kamu bohong, awas lo... kalau bohong jadi Pinoccio hidungnya bisa panjang banget.... "

"Apaan, nggak jelas." Sera mendesis, lalu membuka bungkus es krim yang kedua.

Reno hanya berusaha menyembunyikan tawanya. Sebenarnya ia percaya dengan kata-kata gadis pemakan es krim itu. Jelas sekali ia terlihat pintar dan berwawasan luas, bahkan berbicara pun sudah sefasih orang dewasa.

"Kamu habisin semua es krim ini, nanti Om belikan lagi. Om harus kerja sekarang." Reno berucap setelah sadar ia menghabiskan cukup banyak waktu untuk mengobrol dengan anak kecil.

Sera mengangguk, sambil menatap punggung Reno yang menjauh darinya.

"Om," panggil Sera dengan lantang.

"Iya, kenapa?" Reno membalikan tubuhnya.

"Kata orang aku mirip sama Daddyku."

Reno tertawa, sambil menunjukan jempolnya. "Berarti Daddy kamu orang yang pintar dan cerdas kayak kamu," balas Reno sambil berjalan mundur dan melambaikan tangan kepada Sera.

"Nggak, Bunda bilang kalau Daddy itu brengsek dan orang jahat." Sera bangkit dari kursinya, matanya memandang dalam ke arah Reno.

"Makasih Om, buat es krimnya." Sera kembali bersuara.

"Sama-sama!" balas Reno dari kejauhan. Pria itupun menuju mobilnya dan perlahan menghilang dari pandangan mata Sera.

Komen for next.
15 komen aku update :)
Take care, dari coklat jangan melting!

SLEEPING WITH SENIOR (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang