10

616 263 329
                                    

Kalo ada typo, komen ya

HAPPY
READING
-o0o-

Larissa menatap anaknya dengan sayu lalu mengelus punggung Devan perlahan.

"Kamu yakin ngelakuin ini?" Pertanyaan Larissa membuat Devan terdiam dan menatap kosong kearah depan.

Devan menarik napas panjangnya, "Demi Davin"

"Van, ini udah kelewatan. Kamu jangan mempermainkan pernikahan seperti ini"

Belum sempat Devan jawab tiba tiba Alan sudah masuk dan membantah perkataan istrinya. "Kalo mereka gak bisa pake cara kasar. Kita pake cara halus"

"Untungnya apa kamu balas dendam?" Tanya Larissa dengan nada sedikit keras.

"Mereka harus merasakan apa yang kita rasakan bagaimana kehilangan anak yang paling kita cintai!" Grentak Alan lalu menatap putranya.

"Dan kamu harus berpura pura mencintai dia" kata Alan lalu pergi meninggalkan Larissa dan Devan yang masih berdiri.

Larissa menangis mengingat kejadian Davin meninggal. Sontak saja Devan segera memeluk bundanya itu dan mendudukkannya di sofa.

Sambil menenangkan Larissa. Devan mengingat sedikit kenangan bersama Davin. Mereka berdua tidak pernah akrab sedari dulu padahal mereka adalah anak kembar namun tak seiras.

Pagi itu adalah pagi terakhir Devan berdebat dengan Davin. Mereka berdua sedang berada di meja makan dan menyantap makanan yang disediakan. Tak lama Gabi dan kedua orang tua mereka datang.

"Loh Davin mau kemana? Kok buru buru" tanya Larissa saat melihat Davin yang hendak berjalan.

"Biasa bun, aku mau jemput pacar" ucap Davin lalu mencium punggung tangan Larissa dan Alan secara bergantian.

"Putus baru tau rasa loh!" Sindir Devan pada Davin.

"Iri aja loh! Makanya cari cewek, betah banget jadi jomblo" kata Davin sambil menoyor kepala Devan.

"Bacot!"

"Udah udah, sana berangkat nanti telat" ucap Larissa menghentikan perdebatan mereka.

Kemudian, sampailah mereka berdua di SMA HARAPAN BANGSA. Kini mereka sudah berada di kelas X IPA 3. Hari ini adalah hari pertama ujian semester 1.

Semua siswa duduk sendiri sendiri agar tidak ada yang mencontek. Dan kebetulan Devan berada di depan kursi Davin. Diketahui otak Devan lebih encer dibanding Davin.

Semalam Davin tidak belajar melainkan pacaran tanpa mempedulikan ujian. Davin memukul pelan punggung Devan dengan pensil hingga sang empu sedikit menoleh.

"Nyontek dong" bisik Davin.

Devan terdiam.

"Gue kasih duit dua ratus ribu"

Setelah itu Devan berfikir bagaimana caranya memberikan contekan pada Davin. Tak beberapa lama ia langsung mencatat jawaban PG di penghapus miliknya.

Fate Of Kanaya [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang