13

429 181 363
                                    

Kalau ada typo komen!

Happy reading ✨

Devan dan beberapa orang preman sedang bertarung. Entah apa alasannya, Devan tidak mengerti. Bagaimana orang itu bisa tau kalau ia adalah ketua ARGASA?

Brugh!

Devan memukul keras setiap preman hingga akhirnya mereka semua terkapar lemas. Orang itu bertepuk tangan lalu berjalan menuju Devan.

"Salut gue sama lo." Orang itu kini berdiri dihadapan Devan seraya melipat kedua tangannya di depan dada.

"Ck! Siapa sih lo?!" Napas Devan naik turun, ia sedang mengontrol emosinya.

"Besok juga lo tau" Ujarnya lalu tersenyum iblis di balik masker.

"Terus buat apa lo nyuruh gue dateng kesini?" Orang itu tidak menjawab pertanyaan dari Devan. Ia malah pergi begitu saja, tanpa berlama-lama Devan pun pergi kembali ke rumahnya sambil terus memikirkan orang yang Devan anggap stres.

Sebelum sampai, Devan mampir ke tukang Martabak manis yang ada di pinggir jalan dan membeli beberapa macam rasa Martabak disana. Ia sangat lapar saat ini padahal dirinya tadi sudah makan, Entahlah semua orang pasti pernah merasakannya.

Sesampainya di rumah Devan langsung duduk disofa lalu membuka kota Martabaknya. Tanpa disadari, seorang cewek perlahan berjalan menuju dirinya.

"Dari mana lo?" Itu suara Kana membuat Devan tersedak.

"Uhuk! Uhuk!"

Kana yang memang dari dapur untuk mengambil segelas air putih langsung memberikan gelas yang berisi air putih itu pada Devan.

"Muka lo kok memar gitu?" Kana kembali bersuara saat ia melihat wajah Devan yang memar namun tetap tampan.

"Gausah banyak tanya mending ambil P3k" ujar Devan dan langsung dituruti oleh Kana.

Beberapa saat kemudian, Kana langsung mengoleskan obat merah pada luka di wajah tampan milik Devan. Saat itu, pandangan Kana seakan tak mau lepas dari wajah Devan.

"Ganteng juga" umpatnya.

Wajah Devan menoleh kearah Kana hingga tatapan mereka bertabrakan. "Gitu amat liatnya" kata kata itu keluar dari bibir Devan membuat Kana tersadar dari lamunannya.

"Mau?" Devan menawarkan beberapa potong Martabak yang masih tersisa pada Kana.

"Telat lo nawarinya!" Ketus Kana lalu berlenggang pergi ke kamar Gabi meninggalkan Devan yang sedang senyum senyum sendiri.

"Cantiknya alami" umpatnya lalu kembali melahap Martabak.

_____________________

Selesai sarapan Devan dan Kana pergi ke sekolah bersama menggunakan motor atas perintah dari Alan. Dan seperti biasa Gabi selalu diantar oleh Supir ke sekolah.

Sepanjang perjalanan tidak ada diantara mereka yang membuka suara. Devan hanya fokus mengendarai motor sedang Kana fokus pada pemandangan di pagi hari. Bukan seperti istri dan suami pada umumnya, saat di motor jarak antara dan Devan sedikit berjauhan membuat para pengendara motor lain heran melihat mereka.

Fate Of Kanaya [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang