31

280 90 586
                                    

Hai genk! Apa kabar kalian?

Gimana halunya? Masih lancar?

Oke, sebelum itu vote dulu yaw^^

Spam komen biar cepet up‼

Tandain kalau ada typo:)

Jangan lupa follow ig @tania.niaa_ biar gak ketinggalan spoiler ‼

__________________

Cepat atau lambat, siap atau tidak. Seseorang yang kita anggap berharga akan menghilang, entah dia yang melakukan atau diri kita sendiri
__________________________

*****

"Gimana hasilnya?" tanya si gadis misterius kepada Viona yang baru saja keluar dari bilik toilet.

Mata Viona berkaca-kaca, menarik napas sebentar lalu berujar.
"P-positif,"

Si gadis misterius itu tersenyum senang dengan hasilnya. Iya, Viona hamil. Itu adalah rencana si gadis misterius dan juga Keenan.

"Bagus, tunggu instruksi dari gue, abis itu lo bilang sama Devan di depan Kana kalau lo hamil anaknya," usul gadis itu.

Viona yang sejak tadi sesenggukan menangis lantas menggeleng. "Aku gak bisa, ini bukan anak Devan tapi anak Keenan!"

Gadis itu mencengkram kuat kedua bahu Viona dan menatapnya tajam. "Lo gak mau kan, rahasia lo terbongkar? Kalau lo pernah hamil anak Dimas mantan pacar lo. Dan dengan teganya lo gugurin kandungan itu!"

Viona semakin menangis kuat. Itu memang benar, dulu dia pernah hamil. Ternyata Dimas adalah cowok brengsek. Saat itu pula, Viona menyesal karena telah mengabaikan Devan yang selalu ada untuknya dulu.

"Iya aku turutin kemauan kamu, tapi jangan sebarin rahasia aku," pinta Viona memohon.

Gadis itu tersenyum sinis lalu menepuk pelan pipi Viona yang sudah basah karena air mata. "Good"

Setelah kepergian gadis itu, Viona menyandarkan tubuhnya di tembok. Untung saja toilet sepi. Tangisan Viona semakin terisak, dia memeluk dirinya sendiri. Dia tidak menyangka kalau kejadian dulu kini terulang kembali.

"Hiks.... Aku kotor.... Aku minta maaf Mami, Papi," lirih Viona menyesali semua perbuatannya.

*****

Sudah hampir dua jam Kana dan Rafa berada di depannya ruang ICU. Tadi, Ajeng serangan jantung mengakibatkan dirinya kritis. Kana mondar mandir sambil menggigit bibir bawahnya cemas, Ajeng sudah dia anggap sebagai ibu sendiri.

"Kok dokter lama ya?" dari raut wajah perempuan itu sangat cemas.

Rafa menatap Kana yang sedari tadi tidak mau duduk. Sebenarnya Rafa juga khawatir namun dari luar memang seperti biasa saja. "Duduk Thea,"

"Raf, lo gak khawatir sama nyokap lo? Durhaka lo!" cetus Kana semakin gelisah.

Baru Rafa mau menjawab, dokter dari ruangan tersebut keluar dan menatap kedua orang di depannya secara bergantian. "Keluarga pasien?"

Fate Of Kanaya [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang