Halo sahabat!
Tandai jika kalian menemukan kesalahan
Siap ramaikan kolom komentar?
Sebelumnya sok atuh di klik tombol bintangnya!
Happy Reading🦋
.
.
.
◼️◼️◼️
Jika malam ini Kana tengah menjalani operasi, sedangkan di sisi lain ada Devan di sebuah kamar dengan pikiran yang gelisah akan kondisi istrinya.
"Kamu pasti sedang berjuang saat ini Kana, apalagi gak ada aku di sisi kamu." Devan menatap keluar jendela, tidak ada cara untuk dia bisa kabur.
Di sekeliling rumah ini sudah banyak orang suruhan Alan yang berjaga. Devan tidak bisa kabur dari sini, bahkan sejak menginjakkan kaki di rumah tersebut lelaki itu sama sekali tidak mau keluar kamar.
Ketukan pintu membuat Devan mengalihkan atensinya. "Siapa?"
"Ini Bunda, Van." Sahut Larissa dari balik pintu.
Selang beberapa detik Devan mengizinkan Larissa untuk masuk. Wanita itu membawa satu nampan yang berisikan satu piring nasi goreng lengkap dengan segelas air putih. Kemudian menaruhnya di narkas.
Larissa memandang putranya iba. "Bunda gak bisa bantu apa-apa, kamu tahu sendiri kan gimana sifat Ayah kamu?"
Devan yang saat ini tengah duduk di pinggir ranjang bersama sang Bunda hanya bisa menundukkan wajahnya lesu. "Aku mau kabur, Bun. Aku gak bisa diam aja!"
"Bunda gak mau kamu di pukuli lagi, apalagi sama Ayah kamu sendiri," ujar Larissa.
"Aku gak peduli, mau di pukul, atau sekalin di bunuh asalkan aku ketemu sama Kana saat ini juga!"
Tangan Larissa mengusap lembut punggung Devan. "Bunda dapat kabar dari Gabi bahwa Kana malam ini sedang menjalani operasi."
DEG!!!
Jantung Devan berhenti berdetak sejenak ketika mendengar hal itu. Seperti ada ribuan anak panah yang menusuk relung hatinya. Ia tidak tega melihat Kana kesakitan apalagi tidak ada dirinya di sisi Kana.
Dalam hati Devan terus berdoa agar rasa sakit yang Kana derita pindah pada dirinya. Namun tetap saja Devan tidak bisa melawan takdir, Kana sedang terbaring lemah di kasur sempit rumah sakit.
Lelaki itu meneteskan air matanya, bibirnya terasa kelu untuk berucap. Rasanya saat ini Devan ingin sekali memeluk Kana, menciumnya, dan mengelus perutnya.
"Aku harus ke rumah sakit sekarang!" Devan berjalan keluar kamar meninggalkan Larissa.
Diruang tamu ada Alan yang sedang sibuk dengan laptopnya. Menyadari kedatangan seseorang Alan mengalihkan atensinya. Pria tua itu menyapa Devan sambil tersenyum.
"Mau ke mana, Van?"
"Ayah, tolong izinin aku ketemu Kana sebentar," pinta Devan di hadapan Alan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fate Of Kanaya [REVISI]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM BACA!] 📌NOTE: CERITA ORISINAL - - "Dibutuhkan kesedihan untuk mengetahui apa itu kebahagiaan"- Kana * * Ig: @tania.niaa_ Start: Januari 2021 Finish: April 2022