01 | Ulangan PPKn

146 67 273
                                    

"Hari ini kita ulangan, ya." Begitulah kata Bu Aqilla, sang guru PPKn, saat bokongnya baru saja mendarat di kursi.

Kelas mendadak sunyi, mengeluhkan kenyataan di dalam hati. Belum para murid 11 IPS 4 duduk mengambil napas, sang guru sudah datang dengan rajinnya membawa kabar 'bahagia'. Ditambah 80% yang tidak membuka buku untuk mengulangi materi semakin mendukung ketidaksiapan menghadapi ulangan.

Mendapati anak didiknya diam saja, Bu Aqilla mengatakan, "Kan minggu lalu udah Ibu kasih tau." Lalu, pandangannya jatuh ke dua meja kosong di dekat siswa berambut ikal. "Ini ke mana lagi? Haviz, mana sobat kamu?"

Haviz yang tidak habisnya menyalin rangkuman sejarah milik Yasmine, terkejut dan mendongak. "Eh, enggak tau, Bu. Di kantin kayanya."

Panjang umur yang ditanya. Datang tiga lelaki dengan dua di antaranya membawa bungkus makanan, bahkan yang satu dengan polos melahap siomay sambil berjalan. Spontan semua murid langsung menunjuk ketiga lelaki itu sambil berseru riuh, sementara yang ditunjuk mematung di tempat--karena terkejut melihat ada guru, sebenarnya.

Bu Aqilla menggeleng. "Aduh ... aduh ... ini trio kwek kwek! Kalian enggak sarapan dulu di rumah?"

"Sarapan dong, Bu. Kalo enggak ntar laper," jawab Naufal.

"Terus kenapa jajan? Ini masih pagi," sahut Bu Aqilla gemas. "Ya udah masuk!"

Sudah terlambat, mereka dengan polosnya masuk langsung berjalan ke meja masing-masing. Haviz, Yasmine, begitu pula teman sebangku mereka--Lingga dan Jinan--menahan tawa melihat tingkah sahabatnya. Di belakang, Bu Aqilla sudah melotot saja sambil memasang wajah kesal.

"Kalian salam dulu!" tegur Adrian (sebagai ketua kelas yang baik, memberi tahu yang baik juga bukan).

"Waktu udah abis aja sama keteledoran kalian." Sang guru menggeleng lagi. "Lintang, Naufal, Zaky, sini!"

"Eh iya, Bu! Maaf." Lintang menyahut sambil nyengir.

Karena ulah tadi, ketiganya harus menunggu di luar sampai waktu berdoa selesai. Hitung-hitung menghabiskan jajanan yang dibeli. Naufal mendesah pelan, niatnya mau menikmati siomay sambil santai-santai, malah seperti ini kejadiannya.

"Untung gua udah ngabisin di kantin," celetuk Zaky, kemudian terkekeh.

"Masalah buat lo? Bu Aqilla baik ini. Gua juga liat-liat gurunya dong," ucap Lintang.

"Eh, sekarang bukannya ulangan, ya?" Pertanyaan Naufal langsung menyengat indera pendengaran kedua sahabatnya.

"Anying, bener!" Sedetik kemudian Lintang membekap mulut. "Ups, untung enggak kenceng."

"Anjir ... kok bisa gua enggak inget apa-apa, ya?" Zaky mengelus-elus dagu.

"Sejak kapan lu selalu inget ulangan? Tugas aja kagak pernah," tanya Lintang sarkas.

Selesai waktu yang ditentukan, Lintang, Naufal, dan Zaky kembali masuk kelas. Setiba di pintu, tubuh mereka bertabrakan dengan teman-teman yang sedang berjalan keluar kelas. Di dalam, terlihat Bu Aqilla menunggu sebagian anak didiknya keluar dengan lembaran kertas di tangan. Alhasil, ketiga remaja itu kebingungan karena tidak tahu-menahu apa yang terjadi.

"Yang pertama ulangan yang absen genap!" Bu Aqilla memberi tahu.

Satu detik.

Dua detik.

Tiga detik.

Lintang dan Zaky langsung cekikikan melihat wajah Naufal yang merengut, jari-jarinya menggaruk kepala pasrah. Naufal pun menoleh, mencari meja yang memiliki posisi aman, tapi yang didapatinya hanyalah satu meja kosong di paling depan. Tentu saja karena meja belakang sudah menjadi daerah yang "Siapa Cepat Dia Dapat". Terpaksalah Naufal duduk, sementara Lintang dan Zaky terus cekikikan sampai keluar kelas.

Girl AlmightyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang