23 | Kita Bercerita

39 15 129
                                    

Setelah makan malam, Yasmine membantu Nenek membereskan meja. Memindahkan alat-alat makan kotor ke bak cuci piring untuk langsung dibersihkan. Kala tangan sibuk menggosok piring, pikiran Yasmine melayang ke arah lain: menanggapi solusi yang tiba-tiba saja muncul untuk mengatasi ucapan Nenek sebelumnya. Ya, wanita usia senja itu sempat mempertanyakan cucunya yang terlihat makan sedikit malam ini, tidak seperti biasanya. Padahal, hidangan yang dimasak Nenek adalah makanan kesukaan sang cucu.

Yasmine terpojokkan, tapi menyadari juga memang sedikit porsi makan yang dirinya ambil sehingga masakan sang nenek harus tersisa. Niat hati, Yasmine akan menghabiskan tiga potong dada ayam bumbu mentega itu. Namun, mau bagaimana lagi kalau kerongkongan tidak bisa diajak bekerja sama. Sedari tadi yang Yasmine rasakan hanya kesulitan menelan makanan dari mulut.

Maka dari itu, Yasmine berkutat dengan pikiran sendiri. Telah disangkal dengan mengatakan perut sudah kenyang diisi makanan sebelumnya, tapi sangkalan itu jelas tidak bisa berulang kali diucapkan jika terus mengalami hal serupa. Yasmine pun berharap, esok pagi semuanya akan normal, mengembalikan diri Yasmine yang dulu di waktu sebelum hatinya dipinjam.

"Yasmine!" panggil Kakek. Merasa tidak disahut, dia memanggil lagi. "Yas! Yasmine ...."

"E-eh, iya Kek!" sahut Yasmine, segera dihentikan kegiatan mencuci piringnya. "Kenapa?"

"Nanti tolong ambilin pisang, ya."

Nenek menyahut dingin, "Ambil dong sendiri, Yasmine lagi nyuci."

"Tau aku juga Yasmine lagi nyuci, makanya bilang nanti," balas Kakek.

Si cucu cekikikan. "Iya ... nanti aku ambilin kok! Sekarang juga enggak apa-apa, mau?"

"Enggak usah, tunggu itu beres aja."

Alhasil, Yasmine mempercepat pekerjaannya. Meskipun Kakek meminta nanti, tapi Yasmine tetap tidak enak jika mengharuskan sang kakek menunggu. Mengambil dua buah pisang dari samping kulkas--satu untuk dirinya--Yasmine menuju ruang tengah.

"Ini, Kek."

"Makasih ya, Cucu Kakek yang cantik."

"Hehe, makasih juga, Kek ...."

Kakek dan cucu itu pun menikmati pisang masing-masing sambil terduduk di sofa depan televisi yang menayangkan pertandingan sepak bola. Yasmine bosan jika harus menonton acara sama seperti yang dilihat tadi siang, tapi mau bagaimana lagi jika sang kakek sudah mendapat acara kesukaannya. Kalau sudah begitu, tidak bisa remote-nya diganggu gugat.

Ketika iklan memotong, Kakek bertanya, "Tadi pertandingannya gimana?"

Yasmine menoleh cepat. "Oh. Kalah Kek, dua-satu."

"Yah ... sayang, ya."

"Hehe, enggak apa-apa kok. Masih banyak pertandingan lain. Emang lawannya ini jago sih."

Kakek terdiam sebentar. "Tadi ngapain? Abis baru pulang, udah pergi lagi."

Kali ini sang cucu yang terdiam, merasakan seperti; darah berhenti mengalir dan jantung tidak lagi berdetak. Berulang kali mulutnya membuka-tutup sebagai respons dari otak yang tengah merangkai jawaban.

"Jajan, Kek." Hanya itu yang mampu Yasmine ucap. Dalam hati dia gusar, argh, jangan lagi.

Kakek mengangguk saja berhubung acara kesukaannya sudah dimulai lagi. Yasmine mengembus pelan. Kemudian, keheningan di antara kakek dan cucu pun terjadi. Biarlah yang bersuara adalah cerocosan si komentator.

"Yasmine," panggil Nenek.

"Ya, kenapa?" sahut sang cucu.

"Kok obat yang di lemari atas kulkas enggak ada, ya?"

Girl AlmightyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang