Awalan

190 74 349
                                    

"Apa kau siap dengan hal ini?"

"Tentu saja. Ini sesuatu yang besar dan sudah menjadi tugas kita. Lihat! Kita seperti memang terlahir untuk hal ini."

"Ya ... kau benar. Lagipula, mereka sudah menyerahkan semuanya kepada kita, apa yang akan kita lakukan selain menolongnya?"

"Kalau begitu, kita mulai saja! Aku mulai merasa kasihan."

"Semoga semuanya terkendali."

.

.

.

.

.

.

.

"Dek! Udah sampe!" Seorang kondektur bus berteriak kepada seorang gadis berseragam putih-abu yang duduk di kursi keempat dari depan, dan merupakan penumpang terakhir.

Pasalnya, sudah lima menit bus berhenti dan si kondektur berteriak memanggilnya lebih dari lima kali, gadis itu tetap saja melamun. Akhirnya, dia tersadarkan juga. Buru-buru gadis itu berjalan ke depan sambil merogoh saku kemeja putihnya, lalu dikeluarkan selembar uang lima ribu untuk diberikan kepada Pak Kondektur.

"Makasih ya, Pak!" ucapnya. Namun, hendak berbalik si kondektur memanggil lagi.

"Lain kali jangan ngelamun! Apalagi di tempat umum. Bahaya," kemudian dilanjutkan, "baru pagi loh, Dek."

Gadis itu hanya nyengir dan melanjutkan langkah yang sempat terhenti. Tiba kedua kakinya memijak di halte, bus tersebut melaju. Sebelum berjalan lagi, dia membetulkan posisi ransel yang terasa sangat tidak nyaman akibat terburu-buru tadi.

Meninggalkan halte, sinar matahari langsung menyorot wajahnya. Gadis itu respons menghalanginya dengan telapak tangan. Mulai merasakan suhu tubuh meningkat, dia mempercepat langkah menuju pohon yang berjarak 10 meter dari belokan.

Sedang berjalan cepat, gadis itu tiba-tiba merasakan dorongan kuat pada kedua kakinya yang membuat langkah kian bertambah cepat. Dia kelabakan, mendadak tidak bisa mengontrol diri. Akibatnya, pohon yang seharusnya menjadi tempat pemberhentian, terlewat. Kedua mata gadis itu membulat sempurna, fokus melihat kakinya yang bergerak tidak terkontrol sehingga dia tidak menyadari posisinya sudah di ujung belokan, di mana sebuah motor naked tengah melaju cukup kencang menuju ke arahnya.

"Eh! Eh! Emak! Tolong!" Kedua tangan pengendara itu sekejap menegang seiring gerakannya mengontrol setang yang hampir bergerak liar, berikut kedua kakinya yang turun menjaga keseimbangan.

Gadis itu menjerit. Hilang keseimbangan, tubuhnya terjatuh--membentur aspal yang mulus.

Motor diberhentikan, si pengendara membuka kaca helm. "Minceu?"

Yang dipanggil langsung menoleh marah, matanya menyidik wajah yang tertutup helm full face abu itu. "Tolol!"

"Astaga! Masih pagi udah emosi aja, kasar pula."

"Iyalah emosi!" Yasmine (Minceu) pun berdiri, kedua tangannya langsung menepuk-nepuk rok. Setelah urusan selesai, dia kembali menatap lelaki itu dan tersenyum. "Ah, rejeki. Nebeng dong, bro!"

Girl AlmightyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang