Langkah Yasmine terhenti melewati gerbang dalam setelah menangkap seseorang di depan pos tengah sibuk mengobrol bersama Pak Leno. Bibirnya kemudian dikatup sambil dahi mengerut, langkah pun disambung beberapa detik setelah itu.
"Masih di sini toh," tegur Yasmine kepada seseorang itu yang tidak lain adalah Lintang.
Lintang menoleh, memutus percakapan sepihak. "Udah ngasihinnya?"
"Udah dong." Senyum merekah di bibir gadis itu.
"Good. Apa katanya?"
"Enggak ngomong apa-apa kok."
"Keren juga," gumam Lintang. "Ya udah, pulang enggak?"
"Es kepalanya," Yasmine lantas terdiam, merasa aneh dengan kalimat yang dilontarkan, "eh, kelapa!"
Lintang bergidik. "Ih, ngeri. Cantik-cantik ternyata psikopat keji."
Mendengar ucapan sang sahabat, dahi Yasmine berkerut dalam. Mulutnya secara spontan melontarkan bunyi "hah" yang tegas. Lintang pula langsung terdiam, kulit wajah seketika pucat seakan rahasia terdalamnya baru saja terkuak secara tidak sengaja melewati candaan itu. Suasana canggung pun menyelimuti atmosfer keduanya. Memang tidak ada yang salah dengan candaan tersebut, tapi kata cantik berubah 'sensitif' melihat kondisinya.
"Hm, gua udah haus banget. Boleh anter ke sana enggak?" Yasmine menepis kecanggungan.
"Lupa lagikah, tas gua juga kan di sana," balas Lintang sambil menaikkan standar.
Yasmine tertawa garing. "Lupa terus perasaan." Segera dia naik ke jok setelah mesin menyala.
Motor melaju ke arah barat, memperlihatkan kedua remaja itu bentangan langit sore milik Sang Pencipta. Warna jingga, kuning, percampuran ungu dengan merah muda, serta biru menyusun gradasi yang tampak estetis dan mengelilingi bulatnya sang surya yang tengah bergerak turun. Keindahan yang memanjakan mata itu tanpa dirasa mulai mengembalikan mood baik Yasmine. Ditambah peran angin yang bertiup lembut dan berhawa sejuk, paket lengkap sudah untuk bisa melengserkan segala kekalutan di hati gadis itu.
Setelah motor diparkirkan, tidak seperti Lintang yang langsung masuk ke warung, Yasmine memilih ke pinggir jalan untuk mengabadikan momen sang alam. Patut jika Lintang terkejut mendapati sahabat gadisnya ternyata tidak ada di belakang. Dia menyusul setelah mengambil pesanan berikut tas yang dititipkan, dilihatnya Yasmine yang sedang sibuk mengarahkan ponsel ke atas.
"Modelnya cantik, ya," celetuk Lintang dari belakang Yasmine.
Lantas gadis itu berbalik badan, tertawa malu-malu mendapati aksinya dilihat sang sahabat. "Hpnya kentang, jadi hasilnya enggak bagus-bagus amat."
"Awas ntar diincer si Opang."
"Hah, kenapa dah?"
"Kan kentang."
Terdiam menatap Lintang selama beberapa detik, mencerna ucapannya masuk ke otak yang akhir-akhir waktu ini dirasa lemot. Setelah menangkap maksudnya, gadis itu tertawa sambil tidak sengaja--atau refleks--menampar Lintang. Lelaki itu terkejut, begitu pula Yasmine yang spontan menghentikan tawa.
"Enggak usah nampar, keles," omelnya sambil mengelus pipi.
"Haha lawak lo!" Lalu Yasmine mengulur tangan. "Itu es gua kan? Sini."
Lintang malah menjauhkan plastik berisi es kelapa dari gadis di hadapan. "Eit, bayar."
Bibir Yasmine mengerucut. "Ih, kirain ditraktir. Ya udah nih, tujuh ribu kan." Tidak lama teringatlah biaya mencetak makalah. "Duh iya ... tadi ngeprint berapa sama jilid?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Girl Almighty
ParanormalEye-catching cover by @shemarpy Menjadi berbeda adalah hal yang cukup menyulitkan bagi Yasmine, tapi untunglah orang-orang di sekitar dapat menerimanya dengan terbuka. Namun, kecelakaan yang menimpa Yasmine di suatu sore siapa sangka perlahan-lahan...