Waktu berjalan begitu cepat. Sebagai seorang pelajar, hari-hari dilalui dengan kesibukan menuntut ilmu serta urusan sekolah lain sehingga waktu 24 jam yang terus berputar sejak hari Rabu sampai hari ini, Jumat, hanya terasa seperti 24 menit dalam sehari. Rumor yang diucapkan Zaky tempo hari tentang libur pada hari Senin, benar adanya. Hal itu terbukti oleh pengumuman resmi sang wali kelas saat jam mengajar.
Pulang sekolah, setiap siswa punya arah masing-masing. Baik itu langsung pulang, nangkring dulu, ataupun tetap di lokasi untuk keperluan seperti organisasi atau ekstrakurikuler. Yasmine dan keenam sahabat yang tidak memiliki keperluan lain memutuskan untuk pulang cepat, sebab mereka punya keperluan sendiri yang harus diselesaikan sore nanti. Masing-masing pulang dengan kendaraan sendiri, terkecuali Yasmine.
Melangkah 150 meter jauhnya, Yasmine tiba di halte. Keheningan menyelimuti, teringatlah kilas menarik tentang Jinan yang diyakini setengah hati. Bermula dari pertanyaan Haviz atas pertanyaan Yasmine pula yang merasakan suatu 'ketidakbiasaan'.
"Lu enggak tau mereka itu lagi pendekatan?"
"Apa? Pendekatan? Siapa? Jinan sama Jaki?"
"Biasa aja kali, enggak usah bertubi-tubi gitu. Iya, lucu ya."
Yasmine refleks mengusap wajah ketika menyadari pikirannya terlalu larut mengingat kejadian sepulang sekolah itu. Dia pun alihkan pikiran dengan melihat jalan raya di depan, mencari keberadaan mini bus yang akan membawanya pulang. Namun, tentang dua orang sahabatnya itu tidak bisa lepas dari kepala. Muncul rasa cemas, di samping rasa tidak yakin itu. Apa mungkin rasa takut?
Sepertinya, ketakutan itu juga akan muncul bagaimanapun, karena jarak. Sahabat perempuan satu-satunya--yang selalu bersama dalam keadaan suka dan duka--dan sosok Zaky sebagai sahabat laki-laki paling dekat dengan Yasmine, kini melepas kedekatan itu untuk membangun sebuah hubungan lebih dari sahabat. Yasmine sedikit murung, merasakan seolah mereka sudah pergi jauh darinya. Padahal, pendekatan itu sendiri masihlah seumur jagung, dan belum tentu juga kebenarannya yang dikatakan Haviz.
"Akhirnya ...." Yasmine segera berdiri ketika mini bus berwarna putih mendekat untuk menepi ke halte tempatnya menunggu.
Tidak sengaja pandangan jatuh ke seorang gadis yang berjarak kurang lebih 50 meter darinya. Tidak ada yang menarik dari gadis itu, hanya seragam putih-abu yang melindungi kulit serta sekantong plastik putih di tangan. Namun, bagi Yasmine dia menarik perhatiannya. Tidak perlu bagi Yasmine melihat badge untuk mencari tahu di mana gadis itu bersekolah karena pemilik wajah masam itu berada di dalam satu kelas dengannya.
Bus kian dekat, laju pun melambat. Yasmine sudah bersiap naik dan pandangan sesekali di arahkan kepada Edrea di seberang sana. Terakhir kalinya, Yasmine mengunci fokus ke gadis itu, tepatnya ke sebuah plang di belakang dirinya.
PANTI ASUHAN KEMULIAAN
===> Masuk 100 MSekilas tidak ada yang menarik memang, terlebih setiap harinya--pergi dan pulang sekolah--Yasmine selalu melihat plang tersebut. Namun detik ini, plang penunjuk lokasi panti asuhan itu memiliki daya tarik baru setelah langkah Edrea mengikuti ke mana panah itu menunjuk. Meskipun, tidak dapat dikatakan demikian karena bisa saja gadis itu pergi ke suatu tempat lain.
➹➹➹
Sabtu pagi ini tampak kesibukan masing-masing di rumah Jinan, Naufal, Lintang, Lingga, Haviz, Zaky, dan Yasmine. Gara-gara sore kemarin sibuk berkumpul membicarakan persiapan hari ini, alhasil harus dari pagi buta mereka mempersiapkan segala bawaan. Tidak sebentar menyiapkan barang-barang untuk keperluan tiga hari, maka dari itu sampai pukul sembilan pun tidak semua barang sudah siap angkut. Masih saja ada yang kurang maupun tertinggal, sementara satu jam lagi acara ulang tahun teman baru mereka akan dimulai. Orangtua masing-masing sampai turun tangan agar semua cepat selesai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Girl Almighty
ParanormalEye-catching cover by @shemarpy Menjadi berbeda adalah hal yang cukup menyulitkan bagi Yasmine, tapi untunglah orang-orang di sekitar dapat menerimanya dengan terbuka. Namun, kecelakaan yang menimpa Yasmine di suatu sore siapa sangka perlahan-lahan...