"Makan yang bener dong." Lintang gemas melihat Yasmine mengunyah hampir lima menit untuk setiap suapan.
Gadis itu mendengkus. "Sabar kek."
"Gimana mau sabar, dari tadi itu satu suap enggak beres-beres. Keburu dingin, nanti makin males makan lagi ...." Omelan Lintang membuat gigi-gigi Yasmine berhenti melumatkan makanan.
Sebelum bertambah sengit, Lingga segera menengahi. "Ntang, yang penting dia udah mau makan."
"Bener! Kalo enggak abis, tenang aja, Ceu." Naufal nyengir kuda sembari menunjuk diri.
"Enggak sadar diri udah porsi paling banyak!" rutuk Haviz, melontarkan kekehan kecil dari mulut Yasmine.
Sedikit merasa lega, Yasmine kembali tertekan oleh pikiran setelah kedua netra jatuh ke sosok Zaky. Percekcokan sebelumnya membuat dirinya bisu; memisahkan diri dari lingkaran interaksi--mungkin tujuan sebenarnya adalah menjauhi Yasmine.
Sewaktu kembali ke ruang tunggu, Zaky terlihat memilih kursi yang cukup jauh dari posisi para sahabat, kemudian mengotak-atik ponsel yang dilakukannya hingga detik ini. Yasmine ingin sekali menegur, tapi situasi sekitar secara tidak langsung seakan menahannya. Seperti, paksaan Lintang dan juga Haviz agar dirinya makan sehingga suka tidak suka, keinginan itu pun terhalangi.
Di samping itu, diam-diam sedari tadi Lingga memerhatikan wajah sahabat ikalnya. "Viz."
Respons Haviz menengadah, memasang ekspresi bertanya-tanya sebelum dilontarkan langsung oleh mulut. "Apa?"
"Lu kenapa kaya nahan senyum mulu dah? Ada apaan? Ada yang lucu?"
Kelopak mata Haviz refleks melebar bersamaan dengan jantung yang turut berdebar-debar. "H-hah? Enggak ah ...."
"Haha, pasti ada sesuatu!" seru Naufal. "Ketemu cewek, ya?"
Lingga mengangguk setuju. "Biasanya sih, begitu ya."
"Kesambet apaan cuman keluar sebentar, langsung nyantol cewek," komentar Lintang.
"Enggak diragukan, gua emang ganteng sih." Haviz mengedikkan bahu, lalu menyugar angkuh.
Lingga dan Naufal kompak memasang ekspresi cringe. Lintang memutar bola mata. "Nyesel udah ngomong."
"Cerita dong, Viz. Gua lagi butuh sesuatu untuk didengar, hehe." Yasmine tersenyum lebar kepada lelaki ikal itu.
"Oke, oke ... huh." Haviz mengembus berat. "Cuman pertemuan enggak sengaja aja sama alumnus SMA seberang kita yang kebetulan punya temen di 16."
"Taruna Mandiri?" Lingga memastikan, Haviz pun mengangguk.
"Sebelum kejadian 'enggak sengaja' itu, pasti ada sebabnya kan?" Kali ini, Ayu turut berkomentar.
"Eh ... iya. Ya, gara-gara gua enggak sengaja nabrak dia dan numpahin minumannya." Haviz menggigit bibir bawah kaku.
"Well, agak klise," respons Lingga.
Haviz kembali mengangkat bahu. "Terus ngobrol-ngobrol aja."
"Seberapa cantik?" Pertanyaan Lingga langsung menarik seluruh atensi jatuh ke wajahnya yang sedang tersenyum.
Haviz terbungkam. Namun, tidak berapa lama bibir menyungging senyum. Dirinya hanya terkejut, tidak menyangka Lingga akan bertanya seperti itu. "Ah, ya ... cantik itu kan relatif. Tapi, dia ekspresif dan memahami lawan mainnya. Maksud gua, lelaki mana yang enggak akan tertarik sama perempuan yang bisa bikin nyaman kaya dia, apalagi baru ketemu kaya gini?"
"Waw, lu sadar lu udah banyak memujinya?" celetuk Yasmine.
Naufal terbelalak dan bergumam, "Ini Haviz?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Girl Almighty
ÜbernatürlichesEye-catching cover by @shemarpy Menjadi berbeda adalah hal yang cukup menyulitkan bagi Yasmine, tapi untunglah orang-orang di sekitar dapat menerimanya dengan terbuka. Namun, kecelakaan yang menimpa Yasmine di suatu sore siapa sangka perlahan-lahan...