"Fotonya dicetak bagus nih!" komentar Jinan sambil melihat-lihat foto hasil jepretan Pak Aden.
"Kakak Cantik, tolong dibawa dulu barangnya!" tegur Yasmine.
Jinan merespons dengan tawa renyah. "Siap gerak! Kameranya ngeribetin nih, lempar bisalah."
Mata Zaky menyipit intens. "Pegang lagi, bayar dua ribu per menit."
Adu mulut berhenti setelah masing-masing bawaan tersimpan di satu titik, di samping pintu depan. Sekejap, semua berbaring di lantai. Meregangkan otot-otot yang terasa kaku selama perjalanan sekaligus menikmati dinginnya udara. Udara yang jarang sekali bisa dirasakan di rumah sendiri. Beberapa detik saling diam, larut dengan pikiran masing-masing, sampai mengantarkan Lintang dan Zaky untuk kembali menutup kedua mata.
"Guys." Haviz membuka suara ketika pikirannya mengingat satu hal, gumaman para sahabat menyahut. "Sorry banget yang tadi, gua hampir bikin kita celaka."
Naufal mendesah panjang. "Udahlah, yang penting kita masih diselamatkan."
Zaky mengembus. "Gua terdorong buat tobat jadinya."
Dalam posisi tengkurap, Lintang bertanya, "Kalo ngantuk, kenapa enggak bangunin gua sih?"
Mula pandangan lurus ke langit-langit, kini dialihkan ke Lintang di sebelah kanan. Dengan cepat, Lingga menampar pelan pipinya. "Bangunin, bangunin, ini aja merem lagi!"
"Ya beda lah kalo urusannya kaya tadi," sanggah Lintang.
Berada di paling depan, peristiwa itu benar-benar menempel tajam di ingatan Jinan. "Tapi tadi bener-bener serem sih."
Sebentar termenunglah Haviz. "Guys, si Zayana."
Mata Lintang terbuka satu. "Kenapa lagi?"
"Enggak kenapa-napa sih, cuman ngebales status doang. Katanya, 'dek, kamu ganteng banget. Lagi ngehadirin acara apa nih'. Hampir aja chat-an panjang lebar kalo enggak gua tolak," papar Haviz.
Jinan terbatuk sarkas. "Pujiannya bikin seneng, tapi kehadirannya enggak."
"Bilang gitu, 'acara pemakaman, Kak'," ucap Lintang.
Lain Yasmine, dia terkekeh-kekeh mendengar cerita Haviz. "Gitu doang? Random ih."
"Enggak apa-apa, curhat ya," bela Zaky.
"Guys," panggil Haviz lagi.
"APA!" sahut Lintang gusar.
Lingga mengusap-usap dada. "Apa lagi, Ganteng ...."
Haviz cekikikan. "Ayo ke air terjun."
"Ya ampun, baru juga sampe," balas Naufal melas.
"Enggak sekarang lah. Besok aja," sangkal Haviz. "Sekarang ke sungai aja, yuk."
"Kalian harus peka, si Domba Garut ini kangen suasana kampung halaman," celetuk Yasmine yang langsung dibalas cubitan oleh Haviz. "Sakit!"
Selama 20 menit mereka berbaring di lantai. Setelah itu, dimulailah sesi beres-beres. Satu kamar di rumah panggung ini ditempati Yasmine dan Jinan, satu kamar lain dibiarkan kosong karena kelima lelaki memilih tidur bersama di ruang tengah dengan kasur kapuk. Hal pertama dilakukan yaitu membuat rumah bersih dengan menyapu, mengepel, dan mengelap-lap. Untuk pekerjaan terakhir dikatakan cukup berat dan memakan waktu lama mengingat isi rumah sudah ditinggal lima bulan lamanya.
"Tolong dong, siapa ambil air buat ngepel," mohon Lingga.
Zaky yang sedang mengelap-lap bersama Jinan, mengajukan diri. Dia tinggalkan pekerjaan itu dan berlalu ke belakang rumah. Di sisi lain ruangan, sedikit lagi Lingga menuntaskan tugas sapu-menyapunya. Tiba-tiba saja ....
KAMU SEDANG MEMBACA
Girl Almighty
ParanormalEye-catching cover by @shemarpy Menjadi berbeda adalah hal yang cukup menyulitkan bagi Yasmine, tapi untunglah orang-orang di sekitar dapat menerimanya dengan terbuka. Namun, kecelakaan yang menimpa Yasmine di suatu sore siapa sangka perlahan-lahan...