43 | Ciptakan Waktumu

32 10 59
                                    

Keesokan pagi, Nenek mendatangi kamar Yasmine di mana sang cucu terlihat masih berbaring menyamping di balik selimut. Waktu pun masih cukup pagi tertanda dari matahari yang belum memancarkan sinar hangatnya. Namun, Nenek tetap menyibak tirai krem dan membuka jendelanya, membiarkan angin sejuk masuk ke dalam ruangan.

Terukir seulas senyum di bibir Nenek, begitu pula goresan kecil di hati yang meninggalkan sakit tidak berdarah.

Entah mengapa semenjak malam di beberapa waktu, dirinya kerap tiba-tiba merasakan sedih seperti sadar akan kehilangan sesuatu. Rasa itu juga yang membuatnya gelisah tidak berkesudahan. Padahal hingga detik ini, tidak ada apa pun yang terjadi.

Untuk ke sekian kali pula, Nenek mengusap dada sambil mengembus pelan. Kerisauan itu pun sekejap disingkirkannya.

"Dingin." Tidak dapat disangkal bahwa wanita tua itu terkejut oleh dinginnya lengan sang cucu yang hampir menyamakan suhu es. "Yasmine ...."

Si empu nama menggeliat pelan di balik selimut, mengumpulkan banyak nyawa untuk bisa membuka mata. Menolehkan kepala, dilihatnya wajah penuh kekhawatiran sang nenek yang sedang memegang lengannya.

"Kamu ngerasa dingin?" Gelengan Yasmine menjawab pertanyaan itu. "Oh ... soalnya kamu dingin banget. Takutnya kedinginan."

Lantas Yasmine meraba kulit, difokuskan pada bagian dahi dan leher. Mimik seketika menyiratkan pertanyaan ketika telapak tangan tidak menerima hantaran dingin maupun panas. Mencoba area lengan, hal sama juga didapatkan. Aneh, batin Yasmine.

"Kayanya kamu udah bisa sekolah hari ini," ujar sang nenek.

"Kalo besok aja gimana?" Tanpa ragu Yasmine meminta, diikuti cengiran polos.

"Besok?" Nenek tampak menimbang-nimbang. "Oke, istirahat dulu ya sampe bener fit. Nanti Nenek bilang ke Bu Indira."

Yasmine mengangguk sambil menatap sayu.

"Ya udah, sok tidur lagi aja."

Respons Yasmine menggeleng. "Aku mau bangun aja. Ehm, Nek."

"Kenapa, Sayang?"

"Aku mikirin kita bikin kue waktu itu. Apa kita bisa lakukan lagi hari ini?"

Raut muka wanita tua itu tersirat sedikit keterkejutan, tapi segera ditutupinya. "Ah, tentu ... bikin kue kering apa? Atau mau mencoba yang lain?"

"Wah, boleh!" Yasmine mengelus dagu, memikirkan macam kue manis yang ada. "Kalo muffin?"

Nenek mengangguk antusias. "Pilihan yang bagus. Ayo, kita buat bersama!"

Yasmine tersenyum lebar, binar-binar di sepasang manik coklatnya menyorot ke mata Nenek yang telah terdapat kerutan di sudutnya.

Hari ini, Yasmine tidak akan menyia-nyiakan waktunya bersama Nenek, dan juga Kakek.

Sebab mengapa dia memilih bersekolah esok, meskipun kondisi badan sudah lebih dari memungkinkan sebenarnya, dia hanya ingin mempunyai momen berharga bersama dua orang tua yang telah ada untuknya; yang terbaik untuk diingat.

Tepat Nenek meninggalkan kamar, Yasmine turun dari kasur. Tubuhnya sedikit bergidik begitu kaki menapak di lantai yang dingin karena embusan angin. Tidak pakai lama, segera Yasmine membenturkan kedua telapak tangan satu kali.

Selimut kusut yang terbeber, melipat-lipat hingga membentuk persegi panjang nan rapi. Bantal dan guling bergerak ke posisi semestinya. Pintu lemari di sudut kamar terbuka, menarik keluar sepasang pakaian dari dalam ke hadapannya.

Lanjut Yasmine dengan membersihkan diri. Membasahi seluruh anggota badan dengan air mengalir dari pancuran. Senandung pelan menjadi musik di ruang tertutup itu seiring cairan kental aroma perpaduan buah kismis hitam dengan vanilla musk memoles permukaan kulit.

Girl AlmightyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang