44 | Gowes to ...

33 10 107
                                    

Semua setuju sewaktu Yasmine mengajak bersepeda sore ini. Senyum di bibirnya merekah membayangkan keasyikan mengayuh kendaraan beroda dua tersebut bersama para sahabat, termasuk juga Lintang.

Legging hitam dengan hoodie lilac menjadi pilihan Yasmine dalam berpakaian, tidak lupa mengikat rambut bermodel ekor kuda guna mencegah kegerahan, serta topi untuk melindungi wajah dari sinar ultraviolet.

Melihat penampilan diri yang dipantulkan cermin sudah mantap, Yasmine tersenyum dan sedikit bergaya, barulah angkat kaki dari kamar.

"Dilanjut Nek?" Gadis itu bertanya ketika sampai di dapur melihat Nenek sedang menambah topping muffin.

"Ya, tanggung soalnya. Sedikit lagi juga kan," jawab Nenek. "Biar nanti tinggal makan."

Yasmine mengangguk-angguk. "Eh, Kakek mana, Nek?"

"Oh, lagi keluar dulu sebentar."

Tidak ada percakapan lagi. Yasmine memilih melenggang ke kulkas disebabkan fokus ke tenggorokan yang membutuhkan air saat itu juga. Sambil meneguk, Yasmine memerhatikan bagaimana seriusnya sang nenek memberi topping pada adonan mengembang rasa coklat tersebut.

Menelan tegukan terakhir, Yasmine membuka suara. "Nek."

"Ya, kenapa?" Wanita usia senja itu menghentikan kegiatannya untuk mendongak.

"Aku ... pengen ngajak mereka ke sini pulangnya. Boleh kan ...?"

"Boleh, ajak aja!" Nenek antusias membalas. "Mereka bisa disuguhin fu yung hai sama muffin. Cukup, apa perlu Nenek masakin lagi?"

Yasmine keberatan, sesungguhnya, jika Nenek harus memasak lagi. "Makanan yang cepet jadinya apa, ya? Kayanya kita bisa masak aja sendiri."

"Oh, para lelaki itu pandai memasak?" goda Nenek.

"Eh ... sepertinya." Yasmine menggigit bibir bawah, kemudian terkekeh.

Nenek pun memberi tahu cucunya contoh masakan yang bisa dibuat dalam waktu singkat. Terdengar mudah dan bayangan durasi yang diperkirakan memang sebentar, tapi bagi beliau yang sekali jentik dalam hal memasak. Namun bagi Yasmine, terutama kemungkinan sahabat lelakinya, pasti akan pusing tujuh keliling.

"Nek, sobatku udah pada kumpul nih. Aku pergi, ya?" izin Yasmine setelah menerima pesan dari Lingga. "Nenek enggak apa-apa kan aku tinggal sendiri?"

"Enggak apa-apa, sebentar lagi juga Kakek dateng kok," balas Nenek. "Yas, jangan banyak bercanda kalo lagi di jalan. Inget, sepeda jalurnya di kiri dan jangan main potong jalan orang!"

"Ya, Nek. Siap!" Yasmine mengacungkan kedua ibu jari. "Oke deh, aku pergi dulu. Dadah!"

"Ya, hati-hati!" sahut Nenek.

Menyampirkan tas ransel berukuran kecil ke kedua pundak, kemudian melangkahi pintu, Yasmine meninggalkan rumah dengan mengayuh sepeda putihnya.

Memasuki jalan raya, Yasmine mengarahkan setang untuk memosisikan sepeda agar melintas di jalur kiri. Kendaraan bermotor yang melaju kencang di sisi kanan mendorong Yasmine lebih berhati-hati mengayuhinya. Untuk meminimalisir ketegangan, dirinya menyanyi setengah berbisik--memang suaranya sih tidak seberapa bagus.

Tidak sampai 10 menit sepeda putih itu mengantarkan si empu ke lokasi pertemuan, yaitu taman pinggir kota yang mana bila sore menjelang malam hari terkenal kerap diramaikan pemuda-pemudi beserta macam-macam gerobak dagangan. Empat orang lelaki terlihat sedang menunggu di atas sepeda masing-masing di antara pedagang yang sudah menunjukkan batang hidungnya.

Yasmine mendekatkan sepeda ke arah mereka dan memberi Haviz, Lingga, serta Zaky salam jotos. Hendak kepalan menyambut tangan Lintang, tiba-tiba tangan lelaki itu melesat jauh ke belakang di mana mendarat ke atas punggung dan menarik Yasmine ke dalam pelukan. Tidak dapat disangkal Yasmine terkejut, tapi kemudian dia membalasnya dengan nyaman.

Girl AlmightyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang