BRUK!
"Aduh!" Yasmine mengaduh kencang, tapi segera dia sadari kecerobohannya. "Astaga, maaf--Pak Frazan? Pak, tolong bantu aku!"
Sang guru yang baru saja syok lantaran ditabrak, bertambah lagi ketika si penabrak tiba-tiba menarik sebelah tangannya sambil memohon-mohon. Ekspresi panik, kekhawatiran, pun takut terpatri jelas pada wajah gadis itu.
"Yasmine, tenang! Bisa jelaskan dulu ke Bapak ada masalah apa?"
Gadis itu menatap lekat kedua mata Pak Frazan tanpa menghentikan langkah. "Ikut dulu Pak ke toilet."
Niat untuk memaksa siswi tersebut memberikan pernyataan segera diurungkan sebab tidak tanggung-tanggung dia membawa sang guru berlari masih dalam keadaan tangan menggenggam erat. Jarak antara titik pertemuan dengan letak toilet siswi tidaklah jauh, Yasmine berharap sang sahabat bisa cepat diselamatkan. Keuntungan lain juga berpihak kepadanya, tidak ada siswa/siswi berkeliaran di luar kelas sehingga tidak ada yang perlu ikut penasaran terhadap permasalahan dirinya.
Mendobrak pintu toilet, Pak Frazan langsung berlari mendekati seorang siswi yang sudah meringkuk tidak sadarkan diri di lantai, padahal ketika Yasmine tinggalkan, siswi itu masih terduduk lemah. Terkesiap, Yasmine menutup mulut erat-erat, penglihatan seketika diburamkan air mata. Hati semakin membuncah saat Pak Frazan membopong siswi bernama Jinan itu untuk dilarikan ke UKS.
Sambil mengekor, Yasmine menatap arloji. Waktu istirahat masih satu setengah jam lagi. Tidak mungkin dirinya mengganggu jam belajar para sahabat dengan memberi kabar ini.
"Kamu tunggu dulu di sini, ya," pinta Pak Frazan kepada Yasmine di depan pintu setiba di UKS.
Awalnya Yasmine enggan, tapi terpaksa dia mengangguk. Deretan giginya mulai menggigiti kuku selama pintu bergerak menutup. Betapa horor pemandangan pintu bercat putih itu di mata Yasmine ketika keberadaannya menjadi pembatas antara Jinan, Pak Frazan, beserta dua anggota palang merah yang kebagian berjaga dari dirinya.
Sepuluh menit berlalu, Yasmine memutuskan duduk di lantai koridor. Doa beserta harapan tidak berhenti Yasmine panjatkan kepada Tuhan. Di tengah itu pula, Yasmine merenungkan bagaimana ilusinya bisa membawa celaka. Akan tetapi, otak justru tidak mengingat apa pun selain dirinya bersama Jinan yang bersuka cita bermain seluncur es di atas danau beku.
Waktu terus berjalan, tapi semua terasa lambat bagi Yasmine. Sekali lagi menatap arloji, embusan kasar terdengar sebagai tanggapan dari waktu yang diketahui berlalu 30 menit saja. Namun, hatinya tidak lagi buncah, berganti perasaan yang mengatakan ada aura tidak biasa dari balik pintu tertutup itu.
Tidak ada suara-suara yang dapat ditangkap indra pendengar. Jikalau mereka memang tidak bercakap, seharusnya benda di sekitar bisa menghasilkan suara, bukan. Seperti benturan stetoskop dengan meja atau gesekan kaki kursi dengan lantai. Dan benar 'kan, rasanya aneh kalau mereka tidak membicarakan apa yang terjadi pada Jinan.
Yasmine pun berdiri, mendekati pintu dengan tujuan menguping dan juga membukanya. Setelah menguping masih tidak mendapatkan hasil, Yasmine mengarahkan tangan ke kenop pintu. Sejengkal lagi benda berbahan logam itu tersentuh, seseorang di baliknya sudah menggerakkan terlebih dulu. Dengan cekatan, Yasmine melangkah mundur.
"Bagaimana, Pak?" Lalu diserangnya si pembuka pintu oleh pertanyaan.
Pak Frazan terdiam menatap sorot penuh tanya Yasmine. Hatinya tidak tega jika harus mengatakan yang sebenarnya, tapi jujur adalah jalan terbaik. "Sepertinya, Jinan mengalami gegar otak ringan. Ada baiknya dia dibawa ke rumah sakit."
"Ge-gegar ... otak?" Beliau mengangguki pernyataan ulang Yasmine. "Jadi ... Jinan harus ke rumah sakit?"
"Ya, untuk mendapat penanganan yang tepat, takut ada sesuatu yang tidak diharapkan terjadi." Pak Frazan memutus kalimat. Memeriksa kondisi sang siswi lewat gerakan mata. "Bapak mau laporan dulu ke Bu Indira, sekalian menghubungi rumah sakit terdekat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Girl Almighty
ParanormalEye-catching cover by @shemarpy Menjadi berbeda adalah hal yang cukup menyulitkan bagi Yasmine, tapi untunglah orang-orang di sekitar dapat menerimanya dengan terbuka. Namun, kecelakaan yang menimpa Yasmine di suatu sore siapa sangka perlahan-lahan...