"Daya melemah dalam waktu 10 detik."
"Tiga, ... dua, ... satu."
"Daya melemah. Aktivitas subjek tidak dapat dilanjutkan. Prosedur dihentikan."
"Serumnya bekerja?"
"Ya, subjek aman sekarang."
"Bagaimana statistiknya?"
"Delapan puluh persen, sudah melewati garis siaga."
"Astaga, benar-benar kacau! Aku ingin semua dibereskan. Mari kita ulangi dari awal, laksanakan Protokol Penghapusan."
"Apa kau yakin? Itu bisa menghapus seluruh citranya."
"Bagaimana dengan Sesi B? Kita menciptakan itu karena tahu hal seperti ini pasti terjadi!"
"Baiklah! Jalankan Protokol Penghapusan dan memulai Sesi B."
.
.
.
.
.
.
.
"Deketin lagi!" bisik Lingga. "Tuh, ke arah idungnya."
Zaky yang memegang sapu, mendengkus pelan. "Pegel elah. Kebo banget ni anak."
"Cerminnya mas? Dua ribu aja." Haviz menyahuti ucapan sang sahabat.
"Sut, berisik." Jinan menengahi.
Zaky terus menggoyang-goyang sapu sampai gadis yang sedang terlelap itu mengarahkan jarinya ke hidung; menggaruk-garuknya. Ketika dia menarik tangan kembali, Zaky lanjut menggoyangkan sapu. Dirinya menahan untuk tidak menggeram karena kesal sebab gadis itu tidak kunjung bangun.
"Ah! Apaan nih!" Pandangan gadis itu terhalang serabut-serabut sehingga keempat remaja itu tidak tahu bahwa sahabat mereka sudah membuka mata karena rasa gatal di hidung yang tidak kunjung hilang.
Akibat keterkejutannya, sapu itu terlepas dari genggaman Zaky. Terbang bebas ke belakangnya dan mendarat di lantai. Suaranya yang lantang menarik perhatian beberapa murid, salah satunya si Seksi Peralatan yang tampak marah. Haviz terpekik pelan, ditatapnya sapu di lantai dengan mata terbuka lebar.
"Gabutnya kalian bikin ngelus dada." Yasmine mengambil posisi duduk, kemudian membersihkan wajah dengan kemeja lengan. "Sumpah, goblok banget muka orang disapu-sapu."
"Ide si Haviz tah!" adu Zaky.
"Tuman!" Yasmine dengan gemas menarik kemeja Haviz. Namun sepertinya, tenaga gadis itu kelewat kencang sebab dua kancingnya terlepas.
Ekspresi Haviz bercampur antara kaget dan marah. "Woy, copot nih!"
"Hahahaha anjir sampe copot." Jinan ngakak di depan wajahnya.
"Ketawa lu, syaland," Haviz melanjutkan, "tanggung jawab Minceu ... ntar presentasi gimana! Masa kaya gini."
"Enggak apa-apa, seksi tau." Zaky menaik-turunkan kedua alis.
Alih-alih menutupi, Lingga membuka kemeja tanpa kancing itu lebih lebar. "Wih, terpesona ntar si bapak."
"Terpesona gigimu!" Haviz menarik kasar kedua sisi kemeja untuk saling menutupi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Girl Almighty
خارق للطبيعةEye-catching cover by @shemarpy Menjadi berbeda adalah hal yang cukup menyulitkan bagi Yasmine, tapi untunglah orang-orang di sekitar dapat menerimanya dengan terbuka. Namun, kecelakaan yang menimpa Yasmine di suatu sore siapa sangka perlahan-lahan...