Lintang menonton pria jangkung di teras yang tengah mondar-mandir gelisah. Pria itu menggenggam ponselnya erat-erat dan menggigiti kukunya, serta sudah berkali-kali menghela nafas. Dia duduk di kursi teras, berdiri, mondar-mandir, menghela nafas, lalu duduk lagi. Sudah hampir sepuluh menit Lintang menunggunya.
Meskipun begitu, Lintang juga tidak kalah gelisahnya. Gadis itu menatapnya penuh cemas sembari menautkan kedua tangannya yang sedikit gemetaran.
Seseorang di sampingnya yang menyadari tangan gemetaran Lintang, menyentuh tangan tersebut, dan gemetaran Lintang terhenti sebentar.
"... Gimana? Mau nunggu Nadim? Apa kita langsung cabut ke bandara?"
"Jangan. Bang Nadim harus ikut!" sergah Lintang cepat-cepat. "Biar dia yang mutusin sendiri, mau diapain si Mathias bajingan itu."
"Tapi gue takut Mathias boarding lebih cepet, 'Tang. Lo tau keadaan dia gimana sekarang. Katanya personalia mau manggil dia hari ini, tapi bisa jadi nggak dipanggil hari ini."
Kaki Lintang menghentak-hentak gelisah. "Tunggu sebentar lagi, Ram. Semoga aja Yura ada kabar nggak lama lagi."
Lintang menatap kakaknya penuh harap, dan Hiram pun mengerti. Adiknya tidak pernah se-khawatir ini terhadap seseorang, jadi dia berusaha untuk mengerti Lintang sebaik mungkin. Toh, sejujurnya saja, Hiram memiliki rasa bersalah juga lantaran dia-lah yang membuat Yura dan Mathias bertemu. Hiram tahu Mathias bukan laki-laki yang seratus persen baik, tetapi dia juga tak menyangka bahwa Mathias bisa selicik itu untuk membawa pergi Yura semalam.
Hiram percaya adiknya sepenuh hati. Singkat cerita, semalam Lintang mencari-cari Yura karena sahabatnya itu menghilang cukup lama, lalu dia bertanya pada security apakah salah satu dari mereka melihat Yura. Haryo, security yang menyapa Lintang, kebetulan mengenal penampilan Yura dan melihat dia dibawa oleh seseorang yang memakai jaket hitam keluar dari klub, dan turun menggunakan lift. Haryo tidak melakukan apa-apa karena menyangka bahwa orang itu adalah salah satu dari teman-teman mereka. Lintang yang mulai curiga, cepat-cepat ikut turun dan menyusuri sampai ke tempat parkiran.
Begitu terhenyaknya dia melihat wajah Mathias dari kejauhan, tengah memasukan tubuh Yura yang lemas ke dalam mobilnya. Kaki Lintang rasanya sampai lemas. Dia memekikkan nama Yura, mencoba mengejar mobil tersebut, tapi apa daya, Mathias keburu melajukan mobilnya. Wajah Lintang berubah pucat pasi saat menyaksikan mobil tersebut turun ke jalan raya.
Sadar bahwa kepanikannya tidak berguna, Lintang menghubungi kakaknya saat itu juga. Hatinya mencelus begitu mendengar Hiram landing di Jakarta bersama Mathias dalam penerbangan yang sama. Mereka dalam satu kru penerbangan sebelum Mathias terlihat terburu-buru meninggalkan lounge. Hiram mengira bahwa Mathias ada urusan penting lainnya--sebab dia tahu bahwa pria itu baru saja bercerai resmi dengan istrinya.
Well. Hampir semua kolega kerja mereka tahu. Gosip menyebar dengan cepat di perusahaan penerbangan.
Jadi, pagi ini Hiram menemani Lintang pergi ke rumah Yura untuk menceritakan semua yang terjadi serta semua yang mereka tahu. Hiram juga memiliki informasi berguna tentang Mathias, dan dia tahu jadwal Mathias hari ini. Nadim terlihat amat gelisah dan khawatir ketika mereka berdua datang. Dan tentu saja, pria itu tidak memiliki reaksi baik saat usai mendengar cerita Lintang.
Matanya membulat lebar, lalu Nadim terdiam cukup lama. Sepertinya Nadim sulit memproses apa yang terjadi pada Yura, pun dia tidak tahu harus bereaksi seperti apa.
Baik Hiram, Lintang, apalagi Nadim tidak tahu apa yang dilakukan Mathias pada Yura. Syukur-syukur Mathias tidak berbuat macam-macam pada Yura, tetapi Lintang yang melihat Yura dalam kondisi demikian semalam...

KAMU SEDANG MEMBACA
Lost and Found
RomanceAku menemukanmu di pojok negeri ini. Dalam pergumulannya untuk menjadi seorang dokter, Yura yang baru saja lulus ujian UKMPPD, mengucapkan Sumpah Dokter-nya dan menyandang gelar "dr.", menerima tawaran magang yang menyebabkannya ditempatkan di ujung...