8 - Nepenthe

1.7K 175 14
                                        

Lastri menggeleng-gelengkan kepala melihat dua dokter yang cengengesan sembari menaiki motor di halaman depan Puskesmas. Rini berdiri di samping Lastri, memandangi dua laki-laki yang sedang dalam suasana hati gembira itu.

"Hahaha, sampe seseneng itu. Kira-kira mau ngapain mereka ya, Teh?" Rini terkekeh-kekeh melihat Dikta membelokkan motornya dengan senyum luar biasa lebar. Di belakangnya ada Yura yang senyumnya tak kalah lebar.

"Nggak tau juga, tuh," Lastri melipat tangannya di depan dada. 

"Mas Yura juga pake helmnya, dong!" seru perempuan itu yang melihat Yura sudah menaiki motor, tapi tidak memakai helm. Usai mendengar peringatan dari Lastri, Dikta buru-buru menyuruh Yura turun dulu. Dia pun mengambil satu helm lagi dari balik jok motornya untuk dipakaikan ke Yura.

"Hm? Pake helm, Teh Lastri? Emangnya mereka mau kemana?" tanya Rini. "Jauh, ya?"

Lastri mengedikkan bahu, "Tadi sih, Yura bilangnya mau ke Tamanjaya."

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Mulut Yura sedikit terbuka ketika sang ibu-ibu pemilik warung menunjukkan coolbox besar berisi botol-botol alkohol kepadanya dan Dikta. 

"Wow! Baru nyetok nih, Bu?" Dikta berseru kagum, dan sang ibu tersenyum bangga. 

"Muhun. Nembe pisan." Jawab perempuan tersebut.

Dikta mulai memilih-milih merk bir yang dia suka, dan Yura menghampiri sisinya. "Pak Dikta..."

"Hmm?"

"Tau nggak, enaknya makan apa sambil minum bir?"

"... Ketoprak?"

Yura tetawa-tawa. "Burger! Sama french fries... Dikasih keju~"

"Mmm, k-kamu bener," Dikta mengangguk-angguk mengiyakan, lalu menelan ludahnya. Dia lapar sekali.

"Tapi di sini mana ada, Yuraa~ Kalo ada sih langsung klik Go-Food, sekalian beli pizza sama gorengan, iya nggak?"

Yura mengangkat-angkat alisnya, "Burger kan nggak perlu beli. Tadi siang, saya dikasih oleh-oleh daging cincang sama Pak Marna waktu dia mampir ke Puskesmas, jadi--"

"My god, Ra, kamu mau bikin burger?!"

"Iyap! Abis dari sini kita mampir ke Indomaret dulu ya, Pak? Kita beli roti burgernya,"

Dikta menggeleng-geleng, seolah-olah dia sudah habis pikir. Pria itu menunjuk ke botol-botol di dalam coolbox di depannya. "Ra, pilih yang banyak. Saya yang bayar."

"Waaah! Pak Dikta !!"

Perjalanan pergi-pulang Tamanjaya-Ciperak dan sebaliknya memakan total waktu kurang lebih satu jam. Sesampainya Dikta mengantar Yura, matahari sudah terbenam, cakrawala telah berwarna ungu gelap Lampu-lampu di jalanan desa sudah mulai menyala, begitu pun dengan lampu-lampu rumah warga.

"Ini saya yang bawa aja," kata Dikta sembari menepuk-nepuk tas kanvas berisi belanjaan mereka di Tamanjaya. "Kamu sekarang mandi, abis itu langsung ke rumah saya. Saya nyiapin peralatannya, ya."

"Oke, Pak, Anyway makasih banyak ya, Pak Dikta. Udah ngebeliin banyak~" Yura nyengir lebar sekali.

"Hehe, saya yang traktir. Udah lama nggak nikmatin malam weekend, kan?"

Lost and FoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang