10 - Dulcet II

2.7K 172 14
                                    

Nadim mengangkat pandangannya untuk melihat lelaki yang berada di pelukannya sekarang. Yura terlihat gelisah, tangannya mencengkram bahu Nadim dengan erat. Penisnya yang berkedut-kedut sudah siap memasuki lubang lelaki itu, namun, ketika Nadim melihat Yura yang nampak gelisah, dia pun menarik pinggul Yura supaya tubuh mereka menempel satu sama lain.

Yura menghela nafas terkejut lantaran tiba-tiba pinggulnya ditarik, lalu menggigit bibir bawahnya ketika kepala penis Nadim mulai membuka lubangnya perlahan-lahan. Jantung Yura berdebar-debar, dia bisa merasakan lubangnya meregang, padahal Nadim baru saja mendorong ujung kepala penisnya masuk.

"O-oh..! Nghh! Se-sebentar-- Aa' Nadim..." Yura menggeliat takut, tetapi Nadim segera mempererat pegangannya di pinggang Yura supaya lelaki itu tak bergerak banyak. Nadim mendorong pinggulnya kembali supaya penisnya masuk semakin jauh, dan Yura mengeluarkan lengkingan sesaat kepala penis Nadim masuk seutuhnya.

"Akhh--mmmh! Mmph!" Pekikan Yura berhasil diredam lantaran Nadim segera menarik kepala Yura, lalu mengunci bibirnya dengan sebuah ciuman. Pekikan Yura tertahan di dalam mulutnya, kemudian perlahan-lahan digantikan oleh nafas memburu dan erangan-erangan di sela ciuman mereka.

Penis Nadim benar-benar besar, dan Yura sungguh merasakannya. Kepalanya saja sudah membuat lubang Yura berkedut-kedut perih, meskipun benda itu sudah licin dengan petroleum jelly dan saliva-nya. Nafas Nadim pun terengah-engah, dan penisnya keras sekali, namun pria itu nampaknya berusaha untuk benar-benar bersabar menunggu Yura sampai rileks.

Ketika nafas Yura terdengar rileks di telinganya, Nadim mulai menggerakkan pinggulnya kembali. Penisnya berhasil masuk melewati bagian tengahnya, berkat Nadim yang bergerak dengan sabar dan mengelus-elus punggung  Yura.

"Oh, ohh! Na... Nadim--mmh!" Yura mendesahkan nama pria itu, sembari tangannya mencengkram rambut bagian belakang Nadim.

Penis Nadim masuk lebih jauh lagi. Rasanya perih lantaran lubang Yura meregang karena penis sebesar itu, apalagi ketika Nadim sudah masuk sepenuhnya; Yura merasa pantat sampai perut bagian bawahnya amat penuh. Begitu penisnya bersarang sepenuhnya di lubang Yura, Nadim meraih kepala sang dokter untuk menciumnya kembali.

Nadim terdengar terengah-engah, dan bukan karena apa-apa. Nadim merasakan penisnya diremas dan dijepit oleh lubang Yura yang ketat. Sensasinya luar biasa, sehingga Nadim harus menyabarkan dirinya supaya tidak keluar dengan cepat.

"M-Mas Yura... Sempit.." Nadim berbisik, lalu mengerang saat lubang Yura semakin mengetat.

"A-Aa' Nadim yang kegedean...! Nngh!" ucap Yura sembari memegangi perutnya. 

Ini gila. Yura benar-benar merasakan Nadim jauh di dalam sana. Rasanya seperti sebuah batang amat keras nan hangat menembus tubuh Yura dengan cara yang paling nikmat. Kepala Yura mendongak sewaktu pinggul Nadim bergerak semakin cepat, dan desahan demi desahan lepas dari mulut Yura lantaran dirinya digagahi pria yang tengah dipeluknya itu.

Meskipun ini adalah malam yang lumayan dingin di Ciperak, Nadim berkeringat dan nafasnya memburu. Saat ini Yura berada di atas tubuhnya, menggerakkan pinggul ke atas dan ke bawah seolah-olah tengah memompa penis Nadim, kadang-kadang cepat dan perlahan, meregang dan mengetat menjepit penis Nadim. Ditumbuk oleh penis besar Nadim berkali-kali seperti itu mulai membuat tubuh Yura gemetar. Bahkan ketika Yura mengangkat pinggulnya, kakinya yang berada di sebelah Nadim untuk menopang tubuhnya terasa bergetar.

Tangan Yura berada di atas otot perut Nadim yang mengilap seksi oleh keringatnya. Sembari terengah-engah sang dokter membelai kotak-kotak tersebut dan menatapnya lekat-lekat. Damn, pikirnya. Nadim benar-benar bekerja serius di kebun. 

Tatapan horny Yura pada tubuhnya disadari oleh Nadim. Mata mesum pemuda itu yang tengah mengagumi otot perut Nadim membuat empunya merasa bangga--dan horny juga. Nadim pun juga menyaksikan bibir ranum merah muda sang dokter yang sedikit bengkak, sedikit terbuka untuk nafasnya yang panas, serta pipinya yang memerah sampai ke telinga. Pemandangan tersebut menambah gejolak sesuatu yang berada di dalam diri Nadim.

Lost and FoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang