18 - Plight

1.2K 136 33
                                    

BRAK !!

"A-aauw! Nadim!"

Nafas Nadim menderu kencang, dadanya naik turun dengan cepat. Dia membanting tubuh Yura ke atas sebuah meja bundar yang terbuat dari kayu, lalu menangkup wajah Yura dengan tangan besarnya dan menggerakannya ke kanan dan kiri, seolah-olah mencari sesuatu di wajah Yura.

"A-Aa'...?"

"Raihan bener-bener nggak ngapa-ngapain Mas Yura?"

"I-Iya, saya cuma lewatin dia, kok," jawab Yura. Untuk sesaat, bola mata Nadim masih bergerak-gerak menatap sang dokter, dan arulah Nadim berhenti menggerakkan kepalanya, kemudian hanya menatap Yura lurus-lurus.

"Aa', emangnya ada apa?" Yura mengernyitkan dahinya.

Nadim nampak tidak seperti biasanya. Matanya melebar panik, dan nafasnya baru mereda setelah Yura berkata Raihan tidak melakukan apa-apa padanya. Bola mata Yura memerhatikan setiap gerak-gerik Nadim, yang berangsur-angsur terlihat tenang.

"... Dan, emm-- kita di mana, A' Nadim?"

Oh, ya. Yura baru saja seolah-olah diculik oleh Nadim.

Nadim memberhentikan motornya di depan sebuah kabin kayu yang berada di tengah hutan--nampak usang, dan tidak dialiri listrik. Hari mulai menggelap, dan satu-satunya pencahayaan mereka adalah lampu minyak di dekat meja yang baru saja dinyalakan Nadim dengan sigap sekejap mata, menggunakan lighter dari kantong jaket yang dirogohnya.

Kabin kayu tersebut kecil, hanya terdiri dari satu ruangan, dan terlihat bahwa tidak ditempati oleh seseorang sehari-harinya. Di dalamnya hampir kosong, hanya ada sebuah meja kayu dan dua pasang kursi di dekatnya. Di atas meja kayu itulah, saat ini Yura dan Nadim saling bercumbu. Yura duduk di atas pangkuan pria tersebut sembari kedua tangannya bertengger di bahu Nadim.

Ciuman Nadim sangat kasar dan menyesakkan. Ketika sang dokter hendak melepas ciuman mereka untuk sesaat, Nadim meraih pinggulnya dengan cepat untuk memertemukan bibir mereka lagi. Kemudian, Nadim melepas empat buah kancing teratas kemeja Yura untuk menurunkan kain tersebut dengan terburu-buru, mengekspos bahu sang dokter untuk kemudian digigiti perlahan-lahan. Namun, lama-kelamaan gigitan Nadim terasa kencang, apalagi ketika sampai ke pangkal lehernya

"Mmh! Mmmng..." desah Yura ketika bibirnya direbut paksa lagi oleh Nadim. Kedua tangan Yura berada di depan dadanya, dicengkram Nadim erat-erat sehingga Yura tidak bisa meronta.

Tidak... Nadim tidak bisa dibiarkan begini terus. Tiba-tiba berubah sifat menjadi agresif dan melampiaskan nafsunya kepada Yura, menculiknya ke tengah hutan, dan membiarkan Yura kebingungan karena sifatnya yang sangat defensif terhadap Raihan. Ketika Nadim hendak membuka paksa kemejanya, sekuat tenaga Yura melepas ciumannya dari Nadim.

"A-A' Nadim...!" pekik Yura di tengah nafasnya yang terengah-engah.

"Ngh... A' Nadim, sadar! Jangan buka kemejaku dulu!'

Yura tidak menyangka, titahnya seperti sihir membuat Nadim berhenti sekejap. Tangan pria itu berhenti melepas kancing kemeja Yura, dan dia memandang sang dokter dengan tatapan kosong.

Ada yang tidak beres dengan Nadim, dan Yura tahu itu dengan jelas.

"... A' Nadim... Ada apa...?"

Bibir Nadim mulai bergetar dan bola matanya bergerak-gerak mengikuti ekspresi Yura. Yura yang sedang tersengal-sengal, mengangkat tangannya untuk menyentuh lembut kedua bahu Nadim.

"A' Nadim, kenapa? Please, ja-jangan begini," Yura mendekatkan bibirnya ke telinga Nadim supaya suaranya yang kecil terdengar oleh pria itu. "Aa' benar-benar nggak terprediksi akhir-akhir ini. Ada apa? Jujur, aku takut sama A' Nadim yang tindakannya selalu tiba-tiba begini."

Lost and FoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang