Jantung Yura yang berdetak cepat membuat tangannya gemetaran, dan rasanya hampir saja ia tak bisa menggenggam pisau bedahnya. Ia memandang luka di depan matanya.
"Yura," panggil sebuah suara yang terdengar tenang di sebrangnya. Tangannya dengan lihai melepas turniket, dan mengeluarkan kain kasa dari luka tersebut. Darah langsung membuncah dari sana.
"Ayo. Enam inci."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Yura ikut terjatuh ke belakang lantaran tubuh bongsor itu menindihnya.
Lalu, semuanya berjalan dengan cepat sebelum Yura dapat memprosesnya. Yang ia tahu adalah intercom di telinganya riuh kembali, dengan Erick dan anggota-anggota regunya berteriak-teriak kembali.
Dan satu suara tembakan meletus terdengar kembali.
"Adnan! Adnan kena!"
"ADNAN KENA!"
Yura berusaha sekuat tenaga untuk mengangkat tubuh besar itu yan g menindihnya, memunggungi Yura. Dia langsung tak sadarkan diri, tubuhnya yang basah karena air hujan terkulai di pangkuan dan lengan Yura. Mata Yura melebar tatkala ia melihat darah merembes dari rompi pemuda tersebut, dan ia langsung membuka rompi yang cukup berat itu. Yura pun dapat melihat tag nama yang berada tepat di atas lukanya.
Adnan.
"PAK ERICK !!!" jerit Yura sekencang mungkin. Yura menangis, ia segera menaruh pemuda tersebut dalam posisi berbaring, dan ia tekan lukanya supaya mengurangi pendarahan.
Salah satu dari regu Erick menghampiri Yura. "Sa-saya yang bawa pertolongan pertama, ada yang diperlukan?"
"Tur-turniket... Terus--hiks-- kain kasa... Ca-cairan salin, ka-kalau ada... bantalan kasa! Yang basah! Ah, sama tolong ambilkan saya air bersih--bu-buat cuci tangan! Please, cepet! CEPET!"
Pria yang mendatangi Yura dengan sigap memanggil dua kawannya lagi sembari ia mengeluarkan semua hal yang diminta Yura. Dua orang yang dipanggilnya membawa semacam terpal plastik untuk melindungi Yura dan Adnan dari air hujan. Mereka membuat tenda darurat kecil hanya dalam waktu tiga puluh detik, kemudian Yura dan Adnan pun aman dari air hujan. Sementara itu, pria yang membawa pertolongan pertama sudah menyiapkan hal-hal yang diminta Yura. Sang dokter membuka satu per satu seragam Adnan.
Salah satu yang lainnya menuangkan air yang didapat dari jeep supaya Yura bisa mencuci tangan dengan cepat. Sembari menenangkan nafasnya, Yura memakai sarung tangan karetnya. Yura mendekatkan telinganya ke hidung Adnan untuk memastikan pernafasannya, kemudian dengan sigap mengambil cairan salin untuk mensterilkan luka tersebut. Yura akan menyumbat lukanya dengan kain kasa basah yang sudah disiapkan, sambil terus menekan luka tersebut agar mengurangi pendarahan.
Luka tersebut sudah diberi pertolongan pertama, dan Yura pun memakaikan turniket di sekitar dada dan punggung Adnan. Setelah diberi aba-aba oleh Yura, rekan-rekannya barulah memindahkan Adnan dengan hati-hati ke jeep.
"Adnan... Lukanya di dada, tapi nggak fatal dan nggak kena apa-apa," ucap Yura kepada Erick, yang kelihatan jelas menunggu penjelasan darinya. "Kita harus cepat-cepat ke Puskesmas, ruang gawat darurat masih selamat, dan alat-alat juga selamat, kita harus ngeluarin pelurunya dari sana, dan nanti pagi, Adnan harus dibawa ke rumah sakit Sukabumi--"
![](https://img.wattpad.com/cover/215610164-288-k477939.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost and Found
RomanceAku menemukanmu di pojok negeri ini. Dalam pergumulannya untuk menjadi seorang dokter, Yura yang baru saja lulus ujian UKMPPD, mengucapkan Sumpah Dokter-nya dan menyandang gelar "dr.", menerima tawaran magang yang menyebabkannya ditempatkan di ujung...