Saya lagi di Sukabumi, Mas Yura. Maaf baru sempat balas. Gudang di Sukabumi lagi sibuk, saya ke sini untuk bantu-bantu karena ada kekurangan pekerja. Maaf saya nggak bisa masak dulu untuk Mas Yura, mungkin untuk tiga hari lagi.
Itulah isi pesan yang diterima Yura pagi ini. Saat Yura sedang memasak telur, dia mengecek hape dan mendapatkan pesan Whatsapp dari Nadim--yang dikirim pada jam empat pagi. Yura membalik telur dadarnya sambil mengernyitkan dahi.
Masalahnya, Nadim baru membalas Whatsapp-nya empat hari kemudian! Ya, memang sih, dari last seen-nya, Nadim baru membuka Whatsapp-nya pagi ini, sekitar jam empat pagi.
Tiba-tiba saja, Yura jadi agak sedih. Dia menaruh piring berisi telur dadar dan nasi yang dilengkapi kecap ke meja di ruang tengah dengan kasar. Yura sarapan sambil nonton TV dengan perasaan sedikit membiru. Yura tahu Nadim memang terlepas dari ponselnya lebih dari orang-orang pada umumnya, tapi--pesan darinya, dibalas tiga hari kemudian?
Sebegitu Nadim terlepas dari ponsel kah? Atau memang...
Yura tidak terlalu penting bagi Nadim?
Yura pun memutuskan untuk menelpon Lintang, supaya perasaan negatif di hatinya agak terdistraksi. Yura melihat ke jam di hapenya--masih pukul enam lewat lima belas menit, dia tak tahu apa Lintang sudah bangun, tapi kan, Lintang sedang magang juga; jadi Yura merasa perempuan itu takkan bangun siang-siang.
Benar dugaannya, Lintang sudah bangun. Lintang mengangkat panggilan Yura dengan cepat, dia pun menyapa gembira Yura.
"Eh, gue kangeeen..." kata Lintang, yang rupanya sedang memakai baju ketika Yura menelpon. Dia baru saja mandi. "Bener-bener nggak bisa ketemu ya, soalnya gue sama lo hari weekend juga ada masuknya."
"He-em. Gue juga kangen, tau. Enak sih di sini, peaceful banget. Tapi di Jakarta serba ada." kata Yura lesu.
"Also uang gue hemat banget di sini, Tang! Gila. Pengeluaran gede gue di sini cuma buat paket data aja. Gue gak nyangka kalo di Jakarta boros banget. Terus wahana di Ciperak ngasih insentif lumayan, tapi nggak segede kayak yang di Betun, sih."
Selanjutnya mereka berdua hening. Yura tengah menimang-nimang tentang sesuatu di otaknya yang ingin dia beritahu Lintang.
"Tang," panggil Yura.
"Hmm?"
"... Gue kayaknya mau ninggalin Mathias pelan-pelan, deh."
Pernyataannya disambut oleh pekikan Lintang yang terkejut, suara Lintang mengangkat ponselnya langsung terdengar oleh Yura. "Wait, what?! Serius?!"
"Iyap. Mmm, gue nggak nyaman sama hubungan tanpa status kayak gini, dan gue juga nggak enak sebab Mathias selalu beli-beli barang mewah buat gue--padahal gue bukan siapa-siapa dia,"
"Terus kenapa 'pelan-pelan'?! Like, kenapa nggak langsung bilang aja?"
"Ya, itu, Tang. Karena dia sering beliin gue barang-barang mewah. Gue bener-bener nggak enak buat ninggalin dia langsung." Yura menggigit bibir bawahnya.
Lintang menghela nafas dalam-dalam, "Ra, lo nggak minta semua barang-barang itu, okay? Dia yang beliin lo semua itu, jadi jangan dijadiin halangan buat lo melakukan sesuatu yang bener."
"Lo nganggap ninggalin dia sesuatu yang bener, Tang?"
"Iya." jawab Lintang dengan mantap. "Soalnya lo nggak suka, dan merasa tersiksa, 'kan? Gue tau itu orang ngegantungin lo sebab dia nggak mau dianggap gay karena pacaran sama cowok. Ya, itu juga alasan dia buat 'main' sama yang lain, bukan cuma lo aja. Dia merasa bebas karena nggak punya ikatan sama lo."
![](https://img.wattpad.com/cover/215610164-288-k477939.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost and Found
Storie d'amoreAku menemukanmu di pojok negeri ini. Dalam pergumulannya untuk menjadi seorang dokter, Yura yang baru saja lulus ujian UKMPPD, mengucapkan Sumpah Dokter-nya dan menyandang gelar "dr.", menerima tawaran magang yang menyebabkannya ditempatkan di ujung...