Yura memandangi Nadim yang sedang menurunkan kopernya, berjongkok di sebelah motor lelaki itu sembari menopang dagu. Nadim membuka jaket, otot-otot di lengannya yang perkasa itu semakin terlihat jelas saja ketika sedang mengangkut kopernya.
Bukannya Yura malas-malasan atau nggak ingin mengangkut barangnya sendiri, masalahnya Nadim langsung menghalanginya begitu dia hendak menurunkan kopernya.
"Biar saya aja," Nadim menghalangi Yura dengan lengannya sembari berjalan ke pesawat.
"Ehh, tapi barang bawaan saya lumayan banyak," protes Yura.
"Nggak apa-apa. Pak Dokter tunggu aja,"
Pak Dokter? Yura mengernyitkan dahinya. Apa dia kelihatan setua itu di mata Nadim sampai Nadim memanggil dia dengan 'Pak'? Tapi Yura menerima banyak pujian dari orang tentang betapa muda wajahnya sampai banyak yang nggak menyangka kalau umurnya sudah dua puluh tiga tahun!
"Nama saya Yura," ucap Yura, maksud hati ingin memberitahu Nadim namanya.
"Iya, Pak Dokter Yura,"
Iih, kok gitu? Yura bertanya dalam hati kenapa dia dipanggil 'Pak' lagi.
"'Pak' dan 'Dokter'-nya nggak usah, Yura aja. Kayaknya kita seumuran, kan?"
"Hmm, tergantung."
"Apanya?"
"Umur saya sama umur Yura."
... Oh.
Yura merasa agak malu karena Nadim memberi jawaban selurus itu. Ya, Nadim nggak salah, sih, lagian kenapa juga dia bertanya hal sejelas itu, ya? Yura hampir mau melangkah mundur. Sebelum itu, Nadim menoleh dengan cepat, pria itu tersenyum lebar. Wajahnya makin manis, makin ganteng dengan senyuman itu.
"Kalo kata orang-orang di sini, saya udah tua," kata Nadim. Yura langsung menatap Nadim lagi.
"'Tua' menurut orang-orang di sini tuh, berapa?" Yura merespon.
Nadim sedikit mengedikkan bahu. "Nggak pasti, sih."
"Ooh, emangnya Nadim umur berapa, sih, sampai dianggap tua sama orang-orang di sini?"
"Dua puluh tujuh."
Damn. Yura menelan ludahnya. Usia yang menggoda. "Saya dua tiga,"
Nadim tertawa kecil, membuat hati Yura lagi-lagi terpana. "Yura nggak keliatan kayak dua tiga. Malah kayak anak SMA yang baru lulus,"
Damn, damn, damn! Yura bingung mau mengkategorikan itu ledekan atau pujian! Biasanya Yura agak bete ketika ada orang yang bilang begitu, karena Yura merasa dianggap masih anak-anak. Tapi, entah kenapa saat Nadim yang bilang begitu, dengan senyum gantengnya dan kekehan kecilnya... Yura nggak marah.
Akhirnya, Yura berjongkok di sebelah motor Nadim. Sekarang dia sedang membuat Instastory, sebagai pengumuman kalau dia sudah sampai dengan selamat di desa tempatnya magang. Nggak lama kemudian Instastory-nya mengudara, Lintang melihatnya. Gadis itu me-reply ke Instastory Yura secepat angin.
Ketika sedang asyik-asyiknya berbalasan direct message dengan Lintang, Mathias memanggil Yura. Dia melambai-lambaikan tangannya dari sisi lain pesawat, mengisyaratkan Yura untuk menghampirinya. Yura segera berdiri untuk merespon pria itu.
"Kenapa, Kep?" tanya Yura setelah berada di dekat Mathias. Mereka berdua berdiri di bawah sayap pesawat. Well, sebenarnya cuma Yura yang berdiri di bawah sayap, kalau Mathias, dia nggak bisa karena kepalanya bisa-bisa kepentok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost and Found
RomanceAku menemukanmu di pojok negeri ini. Dalam pergumulannya untuk menjadi seorang dokter, Yura yang baru saja lulus ujian UKMPPD, mengucapkan Sumpah Dokter-nya dan menyandang gelar "dr.", menerima tawaran magang yang menyebabkannya ditempatkan di ujung...