Jangkrik saling bersahutan, air sungai terdengar bergemericik lembut. Suatu malam tentram nan sunyi seperti biasa di Ciperak, seperti malam yang lainnya.
Tetapi, tidak untuk Yura. Yura tengah menulis sesuatu di buku catatannya, ditemani secangkir teh hangat dan suara kecil dari televisi--supaya suasana tidak terlalu hening. Di atas sofa yang empuk, Yura menyilangkan kakinya dan memegang pulpen. Dia berniat untuk mencatat kesehariannya, pikirnya, mana tau kejadian-kejadian di hari-harinya sebagai dokter magang di desa ini bisa berguna untuk laporannya nanti.
22 April. Aku tiba di Ciperak. Ternyata benar bahwa mereka kekurangan tenaga medis. 8 dusun yang merupakan sub-sub desa dari Desa Ciperak, dan hanya Desa Ciperak yang mempunyai puskesmas, klinik kecil, dokter, dan perawat. Ketika aku datang jumlah dokter menjadi dua, dan ada tiga perawat. Puskesmas lainnya jauh sekali dari sini.
Kalau Puskesmas di daerah lain punya struktur lengkap, Puskesmas Desa Ciperak nggak punya. SDM terbatas sekali.
Yura menopang dagu dengan tangannya yang lain, dia mengetuk-ngetuk pulpennya ke cover buku catatannya.
Aku bertemu Nadim.
PLAK!
Seketika Yura menutup bukunya. Dia menepuk-nepuk jidatnya dengan gemas. "Ah! Kenapa gue nulis Nadim?! Emangnya dia perlu ada di laporan gue nanti?"
Yura menutup setengah wajahnya dengan buku tersebut, matanya melirik ke samping sembari dia flashback tentang seharian ini.
Jadi, setelah diajak Nadim pulang dari kebun, Nadim mengajak Yura untuk makan di warung Bu Sari, warung makan teramat sederhana di dekat pasar, dengan lauk yang teramat sederhana pula. Nadim makan siang dengan nasi, japuh goreng (ikan tandipang/sarden pelangi) yang dibarengi sambal pecak, dan semangkuk sayur bayam bening. Sedangkan Yura memesan nasi, ayam goreng balado, dan tumis kangkung. Yura merasa makan siangnya nikmat sekali--mungkin karena makan bersama Nadim.
Sebelum sampai di warung makan Bu Sari, Nadim berkata bahwa seandainya dia sempat masak hari ini, dia mau mengajak makan Yura di rumahnya.
Iya, di rumahnya, yang berada di atas rumah Yura.
Aaah! Terus kenapa nggak masakkk! Yura merutuk dalam hati. Padahal Yura bisa berkunjung ke rumah Nadim kalau begitu.
Dan Yura agak terkejut lantaran makan siangnya begitu murah. Jauh berbeda dengan di Jakarta. Yura sendiri sih nggak selalu bermewah-mewahan soal makan, tetapi kadang-kadang dia dan teman-temannya bisa makan siang di kafe atau restoran--yang lumayan menguras dompet sekali makan. Makanya Yura kaget sekali bisa makan semurah itu di sini.
Lalu Nadim mengantarkan Yura ke puskesmas, yang rupanya sedang ada beberapa pasien di sana. Yura pun teringat untuk menulis tentang puskesmas hari ini! Dia membuka notebook-nya kembali.
Sebenarnya, puskesmas buka jam delapan pagi. Tapi Pak Dikta bilang kalau orang-orang desa itu bangunnya pagi-pagi banget, kadang mereka udah nungguin di depan puskesmas sebelum jam delapan, dan warga akan protes kenapa puskesmas bukanya siang banget! Makanya jam buka puskesmas dimajuin.
Puskesmas tutup sehabis ashar, sekitar jam empat sore. Tapi, karena cuma ada kita di sini, kita tetap harus siaga 24 jam buat warga.
Harus siap kalau didatangi warga malam-malam kalau ada yang sakit. Harus tetap siap meskipun hari libur. Soal libur, aku sama Pak Dikta bakal gantian. Aku dapat hari libur Selasa dan Sabtu. Di hari libur kita diperbolehkan masuk.
Yura juga menulis bahwa dia lega karena peralatan puskesmas Desa Ciperak cukup memadai. Hanya 'cukup' karena sebenarnya peralatannya lengkap, namun beberapa tidak mencukupi standarisasi pelayanan puskesmas menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014. Contohnya seperti endotracheal tube dewasa (tabung trakea) yang seharusnya minimum ada tiga, tetapi hanya ada dua. Yura menulis bahwa berkali-kali Dikta dan para perawat sudah memesan agar barang itu dikirimkan, tetapi pengirimannya membutuhkan waktu yang lama sekali. Sampai-sampai sudah beberapa kali Dikta atau perawat yang harus pergi untuk membeli peralatan tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost and Found
Roman d'amourAku menemukanmu di pojok negeri ini. Dalam pergumulannya untuk menjadi seorang dokter, Yura yang baru saja lulus ujian UKMPPD, mengucapkan Sumpah Dokter-nya dan menyandang gelar "dr.", menerima tawaran magang yang menyebabkannya ditempatkan di ujung...