Semuanya terjadi dengan cepat. Walaupun luar biasa berdebar-debar, Yura tidak melawan saat Nadim melucuti celananya dan membuka kakinya lebar-lebar. Ketika Nadim menurunkan celana, penisnya meloncat keluar--membuat Yura sadar bahwa Nadim memang sudah ereksi. Pria itu meludahi penisnya, kemudian lubang Yura. Sang dokter mengerang sewaktu Nadim memasukkan kedua jarinya satu persatu supaya lubang Yura longgar sedikit.
"Ooghh...! Ggh!" Yura meremas erat besi-besi ranjang.
"Agh... Aa'--agh!!"
Masih dalam balutan jas putihnya, Yura merasakan penis substansial itu membuka jalan ke dalam tubuhnya. Teramat keras dan hangat, kemudian dinding-dindingnya menyambut Nadim dengan pijatan-pijatan lembut, cukup membuat Nadim melenguh nikmat.
Yura pernah memiliki fantasi untuk ditiduri di ruang kerja. Persis seperti ini. Tapi dia tak menyangka fantasinya itu akan datang tiba-tiba seperti ini. Perasaannya campur aduk. Yura takut kalau mendadak ada seseorang yang datang ke Puskesmas, atau mendadak Dikta berada di ambang pintu, serta 'atau-atau' yang lainnya. Tetapi perasaan takut itu sirna begitu penis Nadim merangsek lebih jauh ke dalamnya.
Nadim belum tertancap sepenuhnya, tetapi Yura sudah kewalahan dengan rasa penuh pada rongga dalamnya. Yura ingat betapa besarnya milik Nadim sejak kali pertama mereka--tetapi mengkomprehensi ukuran substansial milik Nadim di saat seperti ini membuat Yura cukup kewalahan.
"Oooghh... Sa-sakit.. Aaah.." Yura mengerang, kemudian mengecek sudah seberapa jauh penis Nadim tertancap di dalamnya. Dia melihat seluruh batang pria itu sudah tertancap, dan sang dokter melesakkan kepalanya ke bantalan ranjang. Pantas saja rasanya sakit, sebab Nadim sudah berada seluruhnya di dalam tubuh Yura.
"Sakit, Mas Yura?" tanya Nadim sembari meraih pipi Yura. Alis pria itu melengkung, kemudian tertaut ketika melihat setitik air mata keluar dari ujung mata sang dokter.
"K-ka... Nghh.. Kamu kegedean..." kata Yura.
"Tapi nggak apa-apa--kan saya udah pernah sama kamu... Heheh,"
Siapa sangka si ganteng Nadim dengan senyumnya yang manis menggagahi seorang dokter di ruang kerjanya? Itu yang dilakukan pria tersebut sekarang. Sekitar lima menit menghujami pantat Yura dengan penis besarnya, Nadim membalikkan tubuh dokter itu dan mengubahnya ke doggy style. Nadim menyibak jas putih yang masih dipakai Yura ketika kain itu menghalangi pemandangan pantatnya.
"Ahg! Agh! Ngahh...!"
Dikacaukan dengan penis sebesar milik Nadim membuat kedua kaki Yura gemetar dalam posisi doggy-nya. Namun tak ada kata-kata protes yang keluar dari mulutnya, hanya desahan serta erangan tiap kali pria itu menghentakkan pinggulnya dengan mantap.
"Ahhh--ngh! E-enak... Na-Nadim... Hnghhh..!" erang Yura ketika kepala penis Nadim berhasil menumbuk prostatnyaa. "Sa-saya.. Mau keluar... Agh.. Ngah!!"
Yura genggam penisnya saat memuntahkan spermanya--supaya tidak mengotori apapun. Beberapa detik setelah keluar, Yura merasakan Nadim mulai mempercepat temponya.
"Ah, angh... Aa' ma-mau keluar...?"
Nadim tidak menjawab, tetapi hanya menganggukkan kepala dengan cepat. "S-saya keluar di mana?"
"D-di dalam--Ahh! Di dalam aja... J-jangan ngotorin apa-apa!"
Yura merasakan rongga dalamnya mendadak hangat, seperti dia diinjeksi oleh krim kental yang membuat perutnya penuh. Nadim ejakulasi cukup banyak--dan lama, sampai Yura bisa merasakan sperma pria itu meluap dari lubangnya dan menetes-netes ke pahanya. Kaki Yura yang gemetaran tak bisa menahan tubuhnya lagi, sang dokter pun perlahan jatuh, berjongkok, kemudian duduk bertumpu pada lututnya. Sperma Nadim mengalir keluar begitu pantatnya menyentuh lantai.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lost and Found
RomanceAku menemukanmu di pojok negeri ini. Dalam pergumulannya untuk menjadi seorang dokter, Yura yang baru saja lulus ujian UKMPPD, mengucapkan Sumpah Dokter-nya dan menyandang gelar "dr.", menerima tawaran magang yang menyebabkannya ditempatkan di ujung...