Long chapter; more than 2k words. Enjoy your reading!
Hyeongul, March 31
"Hanya sekitar dua perbatasan lagi setelah Desa Hyeongul, dan kita sampai ke Negri Gongmyeong?"
Kayi menghela napas panjang, menatap datar pada Yeonjun. "Kau tidak bisa mengatakannya semudah itu, Hyung. Jarak tempuhnya sangat panjang, apalagi pada beberapa titik kita tak bisa terus menunggang kuda. Kalian harus berjalan kaki pula."
Yeonjun mendesah gusar. Mendengarnya saja sudah membuat tertekan. Sejenak membulatkan tekad dan menguatkan diri, Yeonjun pun mengangguk-angguk yakin. Lantas menggulung peta pada kertas coklat tua itu untuk dia bawa bersamanya. "Kita bisa pergi sekarang?"
Kayi mengangguk, ikut bersiap. "Aku akan ikut mengantarkan kalian sampai perbatasan Hyeongul dan mengamankan pangeran di sana."
"Oke, terima kasih, Kayi." Yeonjun tersenyum, menoleh pada kamar. "Soya, bagaimana pangeran?"
Soya yang baru keluar kamar itu langsung terkesiap. Mereka memang sengaja bangun sesubuh ini untuk melanjutkan perjalanan setelah hampir 24 jam beristirahat dan merancang rencana. "Sudah hampir siap," katanya sekilas melirik ke pintu. "Yang Mulia bilang butuh waktu sebentar lagi."
Taehyun hanya mempersiapkan diri dengan matang, baginya berjalan menempuh satu Negri ke Negri lain tanpa prajurit kepercayaan dan pakai ajang melarikan diri bukanlah sesuatu yang patut disyukuri. Dirinya sendirilah yang mengatakan ingin mandi dua kali dalam satu hari kemarin—bilang bahwa ingin mendapat kesegaran sepanjang waktu.
Ah, jangan pernah lupa. Dia itu pangeran.
Taehyun keluar dengan tampilan menawan, setelan pakaian sehari-hari Yeonjun yang sampai terpaksa dia pinjam dan rambutnya yang bisa dia tata sebisanya. Seolah image serta karisma sebagai seorang pangeran tak pernah bisa lepas darinya, kapan pun dan dimana pun.
"Aku sudah siap. Ayo, bergerak sekarang." Taehyun mendahului langkah semuanya, keluar lebih dulu dan melompat menaiki satu kuda yang sudah disiapkan Kakek Kayi di depan kediamannya itu.
"Yang Mulia, berhati-hatilah," pesan Kakek Han, menunduk sopan.
"Hm. Terima kasih," jawab Taehyun acuh tak acuh, mulai memacu kuda maju mengarah pada jalan lurus di sana.
Kakek Han lalu melemparkan senyum ramah pada Choi Soya, menyodorkan sebuah wadah makanan dengan penutup ikatan kain. "Ini tidak istimewa, tapi bawalah ini bersama kalian sebagai bekal," bisiknya tak enak. "Yang Mulia memakan ini dengan lahap semalam, mungkin beliau sedikit menyukai olahan makanan sederhana ini."
Soya balas tersenyum teduh, kakek ini tulus sekali. "Terima kasih, Kek. Dia jelas menyukainya dan harus menghabiskan ini nanti. Aku sendiri akan memastikannya. Kami pamit, ya. Terima kasih untuk tumpangan dan semuanya, Kek."
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] ETERNITY
FanfictionMasalah bermula saat Pangeran Taehyun diculik tepat di hari besar perayaan ulang tahunnya yang ke-20. Ia lalu dibawa ke tempat terjauh dari Kerajaan dan dipaksa melakukan hal-hal terlarang, sangat menyiksa fisik dan mental Taehyun. Namun, siapa sang...