Mungkin dari sekian jengkal tuntutan penjelasan, Yeonjun hanya paling tidak mengerti, bagaimana Choi Soobin yang baru ditemuinya baru-baru ini bisa mengenal dan berinteraksi dengan ayahnya di belakangnya, serta memiliki rencana sedemikian rupa pula bersamaan dengan rasa penasaran Soobin akan identitas asli Yeonjun. Benar-benar di luar ekspektasinya.
Terlebih, pasca pengakuan Soobin barusan, tentang kecenderungan dirinya sebagai seorang homoseks juga perasaan spesial pada Yeonjun juga—di antara keduanya kini menjadi canggung. Seakan sedikit saja salah-salah bicara akan menimbulkan masalah, atau barangkali miskomunikasi yang menyulitkan.
"Tenanglah, aku takkan melakukan hal gila karenanya," jelas Soobin tanpa diminta siapa pun. Pria itu sebentar melipat bibir ke dalam dan memalingkan wajah, mati-matian menepis gugup yang melanda diri. "Aku memang—ya, kau tahu—menyukaimu dalam artian lain, tapi aku masih paham siapa dirimu. Kau masih lelaki normal yang mencintai tulus seorang perempuan dan—"
"Kita tidak perlu membahasnya, oke?" potong Yeonjun, rautnya berubah kaku dan iris polosnya terus menatap selidik tak nyaman. "Kau tidak perlu menjelaskan apapun, kalau itu juga membuatmu tidak nyaman. Aku sama sekali tidak masalah dengan itu."
Soobin mengatur napas, jantungnya tiba-tiba saja berulah menggila. Melihat sosok Yeonjun dengan pahatan wajah sempurna, raut jenius dan senyum tipis yang mengambil peranan pemanis khas lelaki itu membuat Soobin hampir kehilangan akal. Otaknya takkan mampu diproses dengan baik jika berlama-lama ada di sekitar Yeonjun. Ingatlah, tolong, tetaplah ingat—Yeonjun bukan lagi pemuda biasa yang bisa dia remehkan lagi sepelekan. Dia ini Raja. Seorang yang paling berhak menduduki posisi tertinggi tahta Negri. "Maafkan aku, Yang Mulia."
"Kubilang, tidak usah memanggilku begitu." Yeonjun menoleh ligat, meremat kedua tangan yang mulai dibasahi keringat dingin. "Kau membuatku sepuluh kali lipat lebih tertekan kalau diperlakukan begitu."
Soobin membuang napas. "Tapi, aku merasa lancang kalau tidak memanggil begitu."
"Bersikaplah lancang. Ini perintah," kata Yeonjun, lantas membuat Soobin membesarkan mata takjub. "Jangan menatapku begitu. Aku hanya mencoba ikut-ikutan dengan Pangeran Taehyun. Aku sering mendengarnya berucap begitu pada Soya dan pada siapa pun," lanjutnya, melemparkan entah kemana sorot pandang gelisah tersebut.
Menjadi Raja; apakah aku bisa? Apakah aku bahkan pantas? Apa aku bisa menggenggam rakyat sehingga dapat dipercaya memimpin mereka?
"Argh! Aku bisa gila," keluh Yeonjun terang-terangan menunjukkan stres. "Ahjussi, aku tidak akan mati, 'kan?"
"Tentu. Itu janjimu padaku. Dan aku akan berusaha sekuatku juga agar tak satu pun berani menyentuhmu."
"Apakah aku ... cocok di sini? M-maksudku, menjadi Raja?" Ah, ini bahkan masih terdengar sangat konyol. Bagaimana bisa?!
"Lebih dari cocok." Soobin menjawab yakin. "Kau ditakdirkan untuk ini, dan memang hanya kau yang berhak. Segeralah temukan kepercayaan dirimu." Ada jeda di sana, Soobin memelankan suaranya. "Park Hyeonjun."
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] ETERNITY
FanfictionMasalah bermula saat Pangeran Taehyun diculik tepat di hari besar perayaan ulang tahunnya yang ke-20. Ia lalu dibawa ke tempat terjauh dari Kerajaan dan dipaksa melakukan hal-hal terlarang, sangat menyiksa fisik dan mental Taehyun. Namun, siapa sang...