Gongmyeong, April 07
Choi Junyoung akhirnya tiba juga di Negri Kerajaan terbesar itu. Rute utama antar perbatasan yang pria itu lewati membuatnya berhasil mempersingkat waktu dan tiba di Gongmyeong lebih cepat. Meski masih, untuk bisa mencapai Istana akan memakan waktu sekitar tiga jam dari gerbang utama.
Tak apa, dia sudah sangat bersyukur dapat tiba di Negri ini di pagi hari.
"Ah, sekian langkah lebih dekat dengan anak-anakku," gumamnya sembari lanjut memacu laju kuda. Menyusuri area pasar pedesaan kecil di Gongmyeong, dia memelankan kudanya, lebih ingin menikmati suasana di sana setidaknya cukup sekilas.
Tak lama Choi Junyoung meminggirkan kuda. Turun dengan gesit dan menghampiri salah satu penjual. "Permisi."
"Ya? Ah, maaf. Menurut saya, Tuan pasti baru mendatangi Negri ini, bukan? Saya tidak pernah melihat Tuan." Sang penjual itu berbasa-basi sambil mulai merapihkan dagangannya yang merupakan makanan tradisional daerah setempat.
Junyoung membalas senyuman ramah, mengangguk. "Benar. Saya ke sini memiliki maksud dengan Kerajaan. Saya hendak pergi ke Istana," jawabnya terang sekali memaparkan tujuannya.
Penjual pria yang kelihatan berusia sama dengannya itu menatap agak takjub. "Kau punya urusan dengan Istana megah itu? Apa kau punya suatu kaitan dengan darah murni bangsawan?"
Junyoung tidak menjawab, hanya terus tersenyum sembari mengalihkan fokus atensi ke aneka makanan tradisional di sana. "Saya mau ini. Berapa harganya?"
"5 keping perak saja," jawab sang penjual dan dia menerima bayaran dengan jumlah yang disebutkan.
"Terima kasih, saya permisi dulu."
"Tentu. Semoga berhasil hingga tiba di Istana, Tuan."
Choi Junyoung hanya balas anggukan singkat sebelum melompat menaiki kuda. Mengunyah makanan yang terbungkus daun pisang itu dalam satu kali masuk ke mulutnya, melanjutkan dengan meneguk minum dari botol perbekalannya. Tidak makan selama 12 jam belakangan sejak perbekalannya habis benar-benar membuatnya kelaparan.
"Baiklah, semua sudah siap," gumamnya dan pergi dari sana lebih cepat.
***
Di saat yang sama, Yeonjun benar-benar dibebaskan Soobin dan langsung dibawa prajurit itu ke kediamannya di daerah pedesaan dekat gerbang utama—dengan Soobin yang menunggang kuda.
Terlalu fokus menahan kantuk dan mendekam rasa sakit di lukanya, membuat Yeonjun tidak sadar bahwa sepersekon detik dalam perjalanan itu, dia baru saja berpapasan dengan ayahnya.
"Sudah sampai," kata Soobin ketika mengerem laju kuda di samping kediamannya. "Bisa turun, tidak?"
"Tentu saja bisa. Jangan remehkan aku," balas Yeonjun langsung, selalu berusaha menutupi kelemahannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] ETERNITY
FanficMasalah bermula saat Pangeran Taehyun diculik tepat di hari besar perayaan ulang tahunnya yang ke-20. Ia lalu dibawa ke tempat terjauh dari Kerajaan dan dipaksa melakukan hal-hal terlarang, sangat menyiksa fisik dan mental Taehyun. Namun, siapa sang...