Rhilmyun, April 01
"Kau tidak bisa egois, Yang Mulia," kata Yeonjun sore ini dalam obrolan pribadi dengan sang pangeran perihal rute serta pengawal yang akan mendampinginya hingga tiba di Istana. "Kau hanya akan menempatkan Soya adikku dalam bahaya jika terus ikut bersamamu. Yang Mulia tahu itu, kan? Dan aku tak bisa biarkan itu terjadi." Yeonjun menutur serius, tak mustahil bagi pemuda itu menyematkan nada memohon kala itu.
Jadilah Taehyun di sini dengan segenap rasa amarah yang mau tak mau dia pendam dalam dada. Memang benar bahwa sudah perintah mutlaknya menginginkan Choi Soya ikut bersamanya sampai akhir, hingga dia aman ke Kerajaan yang sudah lama dia damba. Tapi permintaan Choi Yeonjun jelas tak kalah logis. Pengeran itu juga paham benar posisi Yeonjun sebagai kakak laki-laki di sana—bukannya sebagai pengawal yang akan diam saja saat melihat bahaya mengancam keselamatan adiknya.
"Selamat tinggal, Yang Mulia." Soya berucap pelan, terlalu gugup. Di depannya telah berdiri Kang Taehyun dan jejeran prajurit yang akan setia melindunginya mulai detik ini. "Kuharap Yang Mulia dapat tiba di Istana dengan selamat."
Taehyun menatap lekat, masih enggan bersuara. Pemuda itu masih yakin dengan hatinya bahwa dirinya tak mungkin jatuh cinta dengan gadis tanpa latar belakang berarti yang berpengaruh untuk memikat hatinya—entahlah. Salahkah dia kalau berkeinginan tetap memiliki Soya di sisinya?
Bukankah waktu kebersamaan mereka sebelum ini belum terlalu lama? Dua kali pertemuan di kamar sewa Tuan Lay dan perjalanan kabur dari Goyeolga sekitar empat hari. Bukankah seharusnya interaksi itu tidak menjadi terlalu istimewa?
"Jaga dirimu," tukas Taehyun, Soya lantas membungkuk dalam.
"Tentu, Yang Mulia."
"Aku bersunggung-sungguh. Jaga dirimu. Ini perintah."
Soya meneguk saliva agak susah. Segenap hatinya merasa tertekan namun tergugah di saat bersamaan. Apakah perintah itu menyiratkan sesuatu? Kemudian kembali menunduk sopan, gadis itu menjawab, "Baik, Yang Mulia." Mendadak saja dia teringat akan bekal titipan Kakek Han tadi pagi. "Ah iya. Kakek Han yang memberikan kita tumpangan kemarin malam membuatkan sedikit makanan khas dengan tulus. Katanya ini untukmu, Yang Mulia."
Melihat Soya menyodorkan ringan kotak berbungkus kain ini, membuat manik Soobin menyelidik jeli. "Kau yakin orang itu tidak berniat meracuni pangeran?"
Soya terkesiap, menoleh sengit. Sejak awal dia benci dengan prajurit utama sok yang sudah melukai kakaknya itu. "Kakek ini orang baik. Kubilang dia membuatkannya dengan tulus. Tidak apa kalau Yang Mulia tidak mau menerimanya, biar aku saja," balasnya menepis semua kegugupan yang sejak tadi hinggap.
"Aku akan menerimanya," timpal Taehyun, membuat semua menegang seketika. "Sampaikan terima kasihku padanya."
Soya menatap haru, mengeratkan pegangan pada bungkusan kain itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] ETERNITY
FanfictionMasalah bermula saat Pangeran Taehyun diculik tepat di hari besar perayaan ulang tahunnya yang ke-20. Ia lalu dibawa ke tempat terjauh dari Kerajaan dan dipaksa melakukan hal-hal terlarang, sangat menyiksa fisik dan mental Taehyun. Namun, siapa sang...