1. Skandal Terkuak

3.1K 197 18
                                    

"Kamu anggap apa hubungan dua bulan ini?!" sergah Wilman.

"Aku-- aku tak pernah menganggap kita ... memiliki hubungan istimewa," jawab Kinanti tergagap.

Wilman mengepalkan kedua tangan di atas meja. Rahangnya mengeras.

"Kita hanya taaruf. Ini kesepakatan bersama para orang tua beberapa bulan lalu." Kinanti memberanikan diri memperjelas keterikatan mereka selama ini.

"Taaruf?! Itu fase bagi dua manusia yang belum  saling mengenal. Sementara kita sudah sama-sama tau sejak masa sekolah," bantah Wilman.

"Aku-- tolong tak memaksakan ini untuk kedepannya. Ini tak baik bagi hubungan dua keluarga yang sudah terjalin lama." Kinanti mencoba melembutkan hati pria yang sedang tersulut emosinya.

"Siapa pria itu?" tanya Wilman. Matanya menatap tajam.

Kinanti menelan ludahnya.
"Ini bukan tentang orang lain. Namun, hatiku yang tak bisa condong padamu." Bibirnya menyungging senyum kecil.

Wilman mendelik. Perlahan, senyum misterius tersungging.
"Baik. Namun kamu harus bersiap-siap, Kinanti. Tak mudah menyelesaikan urusan dengan seorang Wilman Narendra. Kamu akan lihat nanti." Tubuh tinggi itu berdiri. Dia pergi meninggalkan kafe, menghilang bersama tunggangan mewahnya.

Sembari memejamkan mata, Kinanti menghela napas lega. Sementara. Setelah ini, mungkin dia akan menerima penghakiman dari banyak orang.

              ===== 🍎🍎🍎 =====

"Terima kasih telah melakukan sesuatu yang besar untukku. Untuk kita." Seorang pria tersenyum dibalik meja. Barusan Kinanti bercerita tentang Wilman padanya.

"Giska sering nanyain Abang, 'kangen' katanya," ucap Kinanti.

"Aku juga merindukan kalian. Tunggu aku di sabtu malam," sahut sang pria.

Kinanti mengangguk dengan tertunduk malu.

               ===== 🍎🍎🍎 =====

"Ih, potek hati gue. Kirain Bu Kinanti belum punya gebetan."

"Lha, cowok buluk kayak lo mana dilirik."

"Lo mesti jadi primus, pria musala. Dia demennya model begitu."

"Yang di foto ini gak ada tampang primus, deh. Wajahnya klimis."

"Iya, kayak oppa-oppa Korea."

"Itu bukan pacarnya tapi abang tirinya."

"Emang? Kok lo tau?"

"Gue kan tetanggaan sama dia."

"Minta nopenya dong. Gue demen sama tuh cowok. Ganteng."

"Eh, dia gagal nikah bulan kemaren."

"Masa?"

"Punya abang tiri seganteng ini, gagal nikah ... jangan-jangan?"

"Nah lho, pikiran kita sama."

"Aihhh ... gak nyangka, ya."

"Kelihatannya salihah."

Kerumunan di depan mading semakin ramai, guru dan murid gibah berjamaah. Kasak kusuk semakin santer terdengar.

Seseorang merangsek maju.
"Apa-apaan ini!!! Bagaimana bisa benda-benda ini berdampingan dengan kreasi siswa?"

"Itu juga karya seni, Pak. Seni fotografi."

"Ambil, Pak. Buat barang bukti."

Rabu pagi yang heboh di sebuah SMA negeri.

(Bukan)  Cinta TabuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang