27. Tak Sengaja

1K 153 12
                                    

Makasih vote dan komennya

"Siapa dia?" tanya Diaz heran melihat seorang pria muda berwajah Timur Tengah sedang minum kopi sambil duduk santai di taman belakang. Perawakannya mirip mantan calon suami Kinanti.

"Oh, itu Wafa. Sopir baru di rumah. Tuan Barry yang ...." Gurfon bengong ditinggal begitu saja oleh majikannya.

"Jangan asal masukin pria asing ke rumahku, Pa!" gertak Diaz via telepon. Terdengar kekehan dari seberang.

"Kalian sama-sama pencemburu. Kemarin, Kinanti minta aku memecat Lusi. Sekarang, kau ketakutan istrimu kepincut brondong Arab," oceh Barry.

"Terserah Papa mau apain tuh orang. Besok, aku gak mau liat mukanya lagi di rumah ini!" Diaz menutup telepon dengan kesal.

Diaz bergegas ke kamar. Membanting tubuh besarnya di kasur. Belum sempat beristirahat lama. Seminggu di luar kota membuat badannya kaku.
Barusan pulang mengantar Kinanti ke Lapas. Semalam, Umar antusias menceritakan banyak hal hingga larut.

"Umar milih diajarin ngaji sama Mama aja. Sabar, gak ambekan kayak Papa." Diaz tertawa. Senang Kinanti mau mengajari putranya mengaji.

Matanya hampir terpejam saat pintu kamar mandi terbuka.

Kinanti keluar hanya mengenakan bathrobe. Rambutnya dililit handuk.

"Ada siapa di sini?" Tubuhnya mematung. Suaranya waspada. Lama tak ada jawaban. Kinanti berjalan ke pintu kamar dan menguncinya.

Diaz menahan napas.

Kinanti duduk di depan meja rias. Tangannya meraba dan mencium kosmetik. Mengoleskan pelembab ke wajah. Diaz dapat melihat satu goresan luka di kening. Yang pernah dicium selepas dulu mengucap akad. Satu goresan lain memanjang dari rahang kiri ke leher. Pecahan kaca pasti melukai sangat dalam. Meninggalkan bekas di kulit nan mulus.

Kinanti menyingsingkan bathrobe. Mengoles dengan lembut ke area tangan, leher, dan kaki jenjangnya yang tanpa cacat.

Diaz menelan ludah.

Kinanti melepaskan handuk yang membelit rambutnya. Mengacak-ngacaknya sedikit. Rambut hitam tebal sebahu. Diaz pernah melihat rambut panjangnya di rumah sakit. Dipotong suster agar lebih mudah dirawat.

Tangannya meraba-raba dinding mencari terminal listrik. Mencolokkan hairdryer dan mengeringkan rambut dengan lembut.

Kinanti berjalan ke lemari. Tangannya kembali meraba memilih gamis yang tergantung. Satu celana diambil dan ....

Mata abu Diaz menggelap. Napasnya berat.

=====☘️☘️☘️=====

Hari ini, Diaz memutuskan menginap di Bogor. Menghindarkan Kinanti dari pandangan Wafa. Dan semoga, keramaian membuatnya lupa dari bayang-bayang indah yang melekat kuat di kepalanya kemarin sore. Memaksa Diaz harus menghabiskan waktu lebih lama di kamar mandi. Gelisah, tak bisa tidur hingga Umar berteriak marah.

"Papa bisa diem gak!"

Sejak vonis Nugraha, keluarga berkeinginan kuat pindah rumah. Tak bisa terus menebalkan telinga dari cemooh tetangga.

Begitu mendapat informasi ada rumah dijual di kawasan Bogor, Rahma meminta Bagas mempercepat proses pembayaran. Rumah villa dengan empat kamar tidur. Memiliki halaman depan yang luas. Dilengkapi kebun belakang. View cantik mengarah ke pegunungan. Cocok untuk mengisi masa pensiun.

Kebetulan Bagas dan keluarganya juga berkunjung ke sana.

"Kinan gak bisa kayak dulu lagi, Ma. Gak semua sekolah punya fasilitas memadai untuk para guru seperti Kinan." Kinanti beralasan.

(Bukan)  Cinta TabuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang