"Nggak usah diantar, Ma. Aku mau mampir dulu ke Rumah Mentari." Putri sambungnya mencium takzim tangannya. Kinanti menolak saat Rahma berniat mengantarkannya ke sekolah tempatnya mengajar setelah makan bersama. Dia menjadi relawan pengajar di sebuah rumah singgah.
Rahma menatap kepergiannya dengan menghela napas berat. Gadis itu punya banyak energi untuk melakukan kegiatan sosial, tapi hampir tak punya waktu untuk memikirkan dirinya sendiri.
Rahma merasa, masalah datang bertubi. Bulan kemarin putra sulungnya. Sekarang, anak keduanya.
Proses taaruf yang telah berjalan dua bulan tak jua mengalami kemajuan. Padahal, pria yang dikenalkan bukan orang asing bagi keluarga mereka. Wilman putra sulung Tika, sahabatnya semasa SMA. Anak-anak mereka telah saling mengenal sejak sekolah. Wilman kelas empat SD saat Kinanti baru masuk SD. Diaz Akbar kelas dua SMP. Mereka bertiga sekolah di naungan yayasan yang sama, satu lokasi.
Tika mengungkapkan niat baiknya mempererat tali silaturahmi dengan menjodohkan kedua anak mereka. Rahma menyerahkan keputusan pada Kinanti dan Nugraha, yang ternyata diangguki Kinanti meski dengan malu-malu. Rahma sangat bahagia. Kinanti yang seorang guru SMA, akan berjodoh dengan putra sahabatnya yang berprofesi sebagai pengacara.
Beberapa kali Wilman mengajak Kinanti keluar rumah sekadar jalan-jalan. Kinanti mau asal ditemani Bagas, adiknya yang kebetulan saat itu sedang libur kuliah. Hanya saja, belakangan dia selalu banyak alasan saat Wilman memberitahu akan berkunjung ke rumah. Sibuk mempersiapkan akreditasi sekolah, membimbing siswa ekskul , mengikuti lomba, mengajar di rumah singgah dan segudang alasan lain.
Minggu kemarin, terakhir kalinya.
"Mbak Kinan katanya cape, mau istirahat." Giska melapor saat Kinanti menolak menemui Wilman.
"Maaf ya, Nak Wilman. Semalam Kinanti pulang larut mendampingi muridnya lomba," ucap Rahma dengan tak enak hati. Padahal, saat itu dia libur dan barusan bercanda bersama adik bungsunya.
Rahma menemui Kinanti di kamarnya setelah Wilman pulang dan menghabiskan waktunya bermain catur bersama Nugraha.
"Jangan menggantung nasib seorang pria, Nak. Berilah dia kepastian. Mintalah petunjuk Allah di sepertiga malam, salat istikharah." Dengan sabar Rahma menasehati anak gadisnya. Dia membelai rambut hitam legam Kinanti yang hanya menunduk dengan jari jemari memainkan kancing baju.
"Iya, Ma," ujarnya bergumam.
Rahma tersenyum membalas ucapan Kinanti. Putrinya seorang wanita cantik salihah. Rahma tak pernah melihatnya dekat dengan pria manapun. Mungkin ini yang menyebabkannya gugup jika berdekatan dengan Wilman.
===== 🍎🍎🍎 =====
Kini, Kinanti bilang ingin mundur dari perjodohan. Rahma bingung. Bagaimana penilaian Tika pada keluarganya.
Rasanya, dia tak sanggup lagi menanggung aib karena kejadian yang belum lama berlalu.
Bulan sebelumnya, keluarga mereka kelabakan karena Diaz Akbar, putra pertamanya, tiba-tiba membatalkan pernikahan dengan Alma, tunangannya sendiri. Semua keperluan pernikahan telah dibayar lunas. Untung undangan belum disebar.
"Empat tahun aku bersabar diri menunggu kepulangan anakku dari Jerman. Dia selalu menolak pulang karena ingin cepat menyelesaikan kuliahnya dan menikah dengan anakmu. Saat Alma pulang, si brengsek itu masih memberinya harapan. Tiba-tiba dia membatalkan pernikahan secara sepihak saat tak mungkin bagi seorang wanita untuk mundur. Dasar sampah tak tau malu! Pengecut!" teriak Dokter Bambang, ayah Alma yang juga kolega Nugraha mengeluarkan sumpah serapahnya di rumah mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Bukan) Cinta Tabu
RomanceTumbuh bersama dalam keluarga baru tak menjadikan Diaz Akbar benar-benar menganggap Kinanti sebagai adiknya. Mereka, menjalin hubungan asmara. Keluarga disorot karena hal yang dipandang tabu oleh masyarakat. Setelah sekian tahun 'menepi' untuk mere...