21. Pembelaan

834 142 10
                                        

Keluarga sudah kembali pulang. Mereka meminta pihak wedding organizer mengumumkan pembatalan pernikahan kepada para tamu undangan. Bagaimanapun caranya.

Hutama dan Barry menyusul ke kantor polisi untuk mendampingi Nugraha menjalani pemeriksanaan.

Rahma setengah sadar beristirahat di kamar. Dokter keluarga memberinya obat penenang. Dia ditemani Giska dan para sesepuh keluarga yang ikut mencucurkan air mata.

Kinanti menyepi sendiri. Dia masih bergelung memakai mukena di atas sajadah saat Qorina mengetuk pintu. Matanya sembab. Sajadah lembab. Seluruh tubuhnya terasa sakit. Ini kali kedua dirinya terpuruk. Jauh lebih buruk dari yang pertama.

Qorina masuk setelah memastikan diri pintu tak terkunci. Dia menyimpan nampan makanan di atas nakas.

"Makan, ya. Mbak belum makan sejak subuh," katanya sambil berjongkok menyentuh lengan Kinanti. Kinanti tak bergeming.

Bagas yang berdiri di ambang pintu ikut masuk.

"Bagas suapin, ya?" Bagas duduk di samping Kinanti yang tergolek lemah.

Kinanti membuka matanya. Perlahan dia bangun.
"Tadi pagi, Ayah bilang jika selama hidupnya tak pernah mengalami kenangan buruk bersama Bunda. Kenapa malah Mbak yang memberikan kenangan buruk pada Ayah. Kenapa harus Ayah? Kenapa harus kita yang menanggung kesakitan ini?" Kinanti terisak dalam pelukan Bagas. Lagi.

Bagas dan istrinya ikut menangis bersama.

Keluarga Herfanza membatalkan pernikahan. Meninggalkan Kinanti dan keluarganya yang masih bingung dengan tuduhan yang ditujukan pada Nugraha. Secepat itu mereka mengambil keputusan sepihak.

=====☘️☘️☘️=====

"Aku sedang nggak ingin bicara sama Abang. Tolong mengertilah." Bagas menghindari Diaz.

Jika kemarin suasana rumah sangat meriah dengan tawa bahagia, kini berubah muram. Beberapa saudara sudah berkemas pulang. Membawa berita duka. Sebagian yang lain masih bertahan menguatkan tuan rumah.

"Sebaiknya Bang Diaz menjauh dulu. Beri mereka waktu untuk memahami yang terjadi." Hutama memberi saran.

Diaz Akbar berkemas membawa serta Umar ke apartemen.

"Mungkin kau sudah meninggalkan firma. Namun pengaruhmu masih ada di sana. Pertemukan aku dengan anak buah terbaikmu." Barry menutup telepon. Meminta bantuan Frans Situmorang. Untuk sementara, hanya ini yang bisa dia lakukan.

Barry tak suka wanita yang dicintai Diaz Akbar menikah dengan pria lain. Tentu saja. Namun dia terkejut mendapati pernikahan itu gagal dengan cara tak terduga. Dan di sana, secara tak langsung ada peran dia. Karakter Diaz yang plin-plan adalah buah pengasuhannya.

Diaz memencet bel apartemen. Barry membuka pintu.

"Papa, aku nggak mau. Di sini nggak ada Syamil." Umar menarik-narik tangan Diaz. Tak mau masuk.

Barry mengerutkan kedua alis.

"Siapa dia? Kenapa anak kecil ini memanggilmu papa?"

"Nanti saja aku jelaskan. Bolehkah aku masuk?" Diaz menolak bicara.

=====☘️☘️☘️=====

"Ini bukan balas dendam, Nugraha. Kebetulan saja momennya bersamaan dengan hari pernikahan putrimu." Dokter Bambang tersenyum sinis melihat kemarahan Nugraha dibalik jeruji besi. 

"Kau ... Aku akan membuktikan ini tidak benar ... Ini fitnah!" teriak Nugraha.

"Selamat menikmati kesakitan, Kawan." Dokter Bambang menjauh.

(Bukan)  Cinta TabuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang