13. Kembali Menjauh

849 148 13
                                    

Flashback

"Sebaiknya kamu tak meninggalkan Makassar," kata Nugraha.

Diaz baru saja keluar dari tahanan setelah kuasa hukumnya menyerahkan beberapa persyaratan administrasi. Vonis pengadilan membuatnya kembali menghirup udara bebas.

"Sekelompok orang mengadukanmu ke M-KEK IDI karena kelalaian saat piket malam."

"Apa yang harus aku lakukan, Ayah?" Diaz tercekat. Ternyata masalah melebar. Kesenangan sesaat membawanya terjerat masalah lain. Masa depannya dipertaruhkan.

"Ayah punya kenalan seorang dokter senior. Kamu bisa belajar banyak darinya sambil menunggu semua proses selesai."

Sebelumnya, rumah sakit telah memberhentikan Diaz sejak kasus merebak. Beralasan agar Diaz fokus dengan kasus hukum yang membelitnya.

===☘️☘️☘️===

"Kamu yakin dengan keputusanmu, Nak?" tanya Nugraha.

Kinanti mengangguk dengan sungguh-sungguh. Tak ada keraguan di wajahnya yang tirus. Kasus dan kelakuan Diaz menguras habis energinya.

"Ini kesempatan langka, Ayah."

"Semoga ini tak ada hubungannya dengan Diaz."

Kinanti tertunduk. Beberapa bulan sejak skandal Diaz terungkap, dia sudah menyiapkan rencana lain.

"Kamu yakin akan pergi ke tempat itu?"

Kinanti lagi-lagi mengangguk. Menjauh adalah upaya terbaik yang bisa dilakukan. Menunggu hadirnya perasaan asing saat jarak memisahkan. Tak lagi terpaut. Mengeraskan hati. Kinanti khawatir jika saat ini Diaz mendatanginya, hatinya kembali luluh.

=====🍎🍎🍎=====

"Jadi ... pernikahan kalian diundur?" Inggar melebarkan bola matanya.

"Gimana ya, Tante? Aku juga lagi sibuk sama tesis. Ribet. Pikiran nyabang ke mana-mana malah nggak fokus." Qorina menjawab.

"Asal kejadian buruk Renata jangan terulang. Itu ... menyedihkan." Suaranya menurun.

"Bagas, jangan berulah macam-macam kayak mantan tunangan Renata, ya!" ancam Inggar pada tunangan keponakannya.

"Nggak, Tante. Nggak bakal. Nggak berani." Bagas yang tahu kisah itu menggeleng cepat. Renata, sepupu Qorina, tak jadi menikah karena tunangannya menghamili anak tetangga.

"Renata masih betah di Filipina?" tanya Qorina.

Inggar mengedikkan bahunya.
"Biar dia ngehibur diri. Di sini, ruwet. Oh iya, kalian ... ke sini bukan untuk membahas Renata 'kan?" Inggar tersenyum melemparkan pandangan pada Kinanti yang dari tadi hanya diam menyimak pembicaraan keluarga besar Qorina.

"He ... he, Tante. Kami memang ingin membahas hal lain." Qorina memulai. Bagas mengeluarkan satu amplop ber-kop kementerian tempat Inggar bekerja dan menyerahkan pada tuan rumah.

Inggar memasang kacamata yang disimpan di atas meja. Dia membuka amplop dan membaca dengan cepat.

"Kemajuan kota itu memang mengagumkan. Menarik orang untuk tinggal di sana. Banyak WNI menetap. Tak jarang membawa serta keluarga dan anak-anaknya." Inggar berbicara dengan anggun setelah memberi Kinanti ucapan selamat.

"Tante, bisakah membantu Mbak Kinan untuk ...."

"Tentu saja, akan Tante usahakan. Terutama jika Mbak Kinanti ...."

Kinanti tersenyum penuh terima kasih.

===== 🍎🍎🍎 =====

Kinanti memastikan sabuk pengaman terpasang dengan baik. Dia membuka dompet. Sebentuk cincin berinisial DK terukir di bagian dalam. Dimasukkannya benda itu ke tempat semula.

(Bukan)  Cinta TabuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang