Rahma menutup mukanya dengan kedua tangan. Nugraha menatap nyalang pada tiga lembar foto yang berserak di atas meja.
Satu gambar Diaz dan Kinanti sedang berpose naik sepeda di Kota Tua. Foto lainnya, keduanya mengapit patung wayang dan sedang duduk berhadapan saling melempar senyum di sebuah kafe.
Tiga lembar foto itu biasa saja. Tak ada kedekatan fisik dari gambar yang dilihat. Andai tak ada tulisan di belakangnya, mungkin suami istri itu tak akan seterkejut ini.
Bersamamu~
Kita hanyalah wayang sandiwara kehidupan. Semoga Sang Dalang menakdirkan untuk bersama~
Tanggal yang istimewa, seistimewa kamu di hatiku~
Mereka tak menyangka putra dan putrinya melakukan hal yang tabu di mata masyarakat.
"Sudah lama Ibu merasakan perubahan sikap mereka. Diaz lebih sering menggoda Kinanti. Membuatnya tersipu. Seperti kalian dulu, saat awal-awal bertemu." Nenek Asmi tersenyum mencairkan suasana.
Rahma dan Nugraha saling memandang. Ingatan terlempar pada masa bertahun silam.
=====🍎🍎🍎=====
Sembilan belas tahun lalu, dua keluarga berkumpul di sebuah rumah makan.
"Ayo sini, kenalkan, ini Tante Rahma dan Bang Diaz Akbar." Sambil menggendong balita berusia tiga tahun, Bu Asmi memperkenalkan cucunya, gadis imut yang masih mengenakan seragam muslim TK. Dia baru datang dijemput ayahnya, Nugraha, dari sekolah.
"Assalamu'alaikum, aku Kinanti. Senang ketemu Tante." Dengan takzim, dia mencium tangan Rahma. Bulu mata lentiknya mengerjap lucu. Tingkahnya sangat menggemaskan.
Diaz mengulurkan tangan pada gadis kecil itu. Namun, dia malah menangkupkan tangannya di dada. Diaz yang saat itu beranjak remaja, meringis malu.
Rahma langsung jatuh hati padanya.
"Ayo, kita lihat ikan di kolam." Nugraha meraih Bagas kecil yang berada di gendongan ibunya. Pria itu hanya melirik pada wanita muda yang menundukkan kepala kala dia menghampiri.
Sambil tangan kirinya memegang ujung baju ayahnya, Kinanti menggerakkan tangan kanannya memanggil Diaz.
"Ayo, ikut, Bang Diaz."
Dengan ragu, Diaz mengikuti langkah keluarga kecil tanpa ibu, menuju sebuah kolam yang ada di luar. Mereka berbaur tertawa bahagia sambil memberi makan ikan. Rahma memandang penuh sukacita.
"Nugraha mengajari anak-anaknya dengan baik mesti tak didampingi almarhumah istrinya, Winda," ucap Bu Asmi tentang Nugraha, putranya. Rahma menoleh dan tersenyum canggung.
"Kinanti dan Bagas perlu seorang ibu. Nugraha selalu menolak jika saya memintanya menikah lagi. Hanya dengan Bu Rahma dia mau melanjutkan taaruf."
"Pernikahan pertama saya gagal, Bu. Itu-- memalukan. Saya khawatir tak bisa mengurus mereka dengan baik." Rahma berkata pelan. Kepalanya tertunduk. Masih lekat dalam ingatan saat Barry, Papanya Diaz, sering melakukan KDRT dan bermain perempuan. Setelah perceraian delapan tahun lalu, Barry kembali ke negara asalnya, Singapura.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Bukan) Cinta Tabu
RomanceTumbuh bersama dalam keluarga baru tak menjadikan Diaz Akbar benar-benar menganggap Kinanti sebagai adiknya. Mereka, menjalin hubungan asmara. Keluarga disorot karena hal yang dipandang tabu oleh masyarakat. Setelah sekian tahun 'menepi' untuk mere...