21 ┊⁀➷ Tetap Dibenci

12.4K 1.3K 196
                                    

Kedua tangan Bara ia eratkan pada lengan Reynaldhi, tidak ingin membiarkan anak itu jatuh ketika sedang berjalan. Dokter Arga sudah menyarankan untuk memakai kursi roda, tapi Reynaldhi yakin jika dirinya bisa berjalan dengan baik.

Setelah beberapa barang-barang Reynaldhi sudah dikeluarkan dan dibawa beberapa pelayan laki-laki, Jaefan menghampiri Bara yang tengah membantu Reynaldhi berjalan. Sementara itu, sejam yang lalu Kirana berjanji akan kemari, ikut membantu calon adik iparnya itu.

"Udah, dad. Aku bisa sendiri," ucap Reynaldhi perlahan melepas genggaman Bara dan Jaefan.

Namun, belum sampai sejauh satu meter Reynaldhi berjalan diirigi Bara dan Jaefan, tubuhnya sudah limbung lagi. Bukan karena Reynaldhi tidak kuat, tapi Citra yang tiba-tiba datang menghampiri dan sontak langsung mendorong kasar Reynaldhi.

Reynaldhi membuang muka malas, bibirnya berdesis kesal. Dengan kedua tangannya sendiri, ia berusaha langsung bangkit, meski pada akhirnya Jaefan turun tangan membantu dirinya. Reynaldhi tersenyum tipis menatap sang Kakak.

"Kamu itu apa-apaan sih, Cit?!" bentak Bara.

"Kamu yang apa-apaan, mas?! Ngapain bawa anak haram ini ke rumah ini?!" balas Citra nadanya tak kalah tinggi.

"Terserah aku! Ini rumahku, Citra kalau kau lupa."

"Aku tau ini rumahmu, tapi kau juga tidak perlu mengotorinya dengan membuat anak ini tinggal disini. Lagipula, dia pantas untuk tinggal di luar sana, daripada merusak keluarga kita lagi."

"Jaga omongan kamu, Citra! Dia juga anakku, dan dia berhak berada di rumah ini!"

"Dia nggak berhak! Karena dia tidak pernah diinginkan! Seharusnya dia nggak pernah dila—"

"Mommy sama daddy berantem lagi?" Juan menaymbar seklaigus memotong bicara Citra, matanya sudah dipenuhi genangan air yang siap meluncur kapan saja.

Citra dan Bara langsung merdakan amarah yang membara daritadi, menjauhkan rasa egois dalam diri demi menghampiri Juan yang baru turun tangga. Pelukan hangat dan elusan sayang langsung diterima Juan saat itu juga, membuat air mata yang sudah menggenang batal meluncur.

"Maafin mommy sama daddy. Tadi, hanya pertengkaran kecil kok," elak Citra, mengeratkan pelukan pada Juan.

Bara tersenyum memandang Juan, "Iya nak, maaf kalau kami mengganggu kamu."

Reynaldhi berdecih kecil, "Ya Allah ... iri sama Juan dosa apa nggak?"

Jaefan merangkul pundak rapuh milik Reynaldhi, "Ayo, kita ke kamarmu."

"Sudah kubilang, kau memang paling ahli menghancurkan kebahagiaan orang lain." Jufasya berjalan di depan Reynaldhi sambil menyunggingkan senyuman sinisnya.

Reynaldhi mengepalkan tangannya, menahan segala rasa kesal yang ada di hatinya, "Aku minta maaf tidak bisa mengganti uangmu yang sudah kau bang untukku, dan setelah ini aku tidak akan mencampuri keluarga kalian."

Jufasya menoyor kepala Reynaldhi kencang, membuat Jaefan berteriak membentak pria itu, "Fasya!"

"Abang mau marah? Belain anak ini lagi? Aku nggak peduli, bang."

"Fas, kamu—"

Reynaldhi menahan ujung baju Jaefan kuat, kepalanya menunduk namun Jaefan menyadari anak itu tengah menggeleng pelan, melarang dirinya membuat keributan. Butuh beberapa detik untuk mengembalikan mentalnya lagi, "Bang, ayo katanya mau ke kamar."

.




.




Reynaldhi [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang