6 ┊⁀➷ Insiden Menyakitkan

10K 1.2K 101
                                    

Ini hari sabtu, yang berarti Reynaldhi libur sekolah. Sayangnya, mau libur ataupun tidak ia tetap saja tidak bisa mendapatkan makanan yang layak, apalagi sekarang entah kenapa beberapa hari ini Evelyn jarang mengobrol bersamanya, atau bahkan sekedar menanyakan kabarnya saja mungkin sudah tidak pernah Reynaldhi dengar.

Evelyn ataupun Ardhan lebih sibuk di kamar mereka, Reynaldhi sama sekali tidak memiliki keberanian untuk mengetuk atau bahkan mengganggu keduanya, karena memang dirinya sedikit menyusahkan.

Rasa sakit yang sedari kemarin mendera lengannya malah kini semakin menjadi, Reynaldhi memutuskan untuk menyibak lengan panjang yang ia pakai. Reynaldhi mendesah pelan, kala melihat dengan jelas luka membiru di sana, "Padahal kemarin tidak sebesar ini," ucapnya sambil menghembuskan nafas.

Tok!

Tok!

Tok!

Mendengar ketukan pintu yang nyaring, Reynaldhi kembali menurunkan lengan bajunya, kemudian bergegas membuka pintu kamarnya. Senyum Reynaldhi terangkat memandang siapa yang ada di hadapannya, anak itu senang bukan kepalang.

"Tadi kakak baru saja membeli makanan di restoran jepang, terus ingat kamu, jadi kakak beliin ini," ucap Evelyn sambil menunjukkan bungkusan plastik.

Reynaldhi memberi jalan agar kakaknya bisa asuk ke kamarnya, "Makasih, kak."

Reynaldhi langsung memakan pemberian kakaknya itu dengan lahap bahkan mendekati rakus, ia kelaparan sejak beberapa hari lalu. Lagipun, tidak ada yang sudi memberi makan untuk seseorang yang dianggap pembunuh sepertinya.

Evelyn mengusak surai Reynaldhi pelan, "Kayak belum makan berapa hari aja ...."

Reynaldhi mendengarnya, namun memilih untuk tidak menggubris, kakaknya hanya tidak perlu tau, "Memang selama itu aku belum makan."

Menu makanan jepang yang tersisa seperempat itu membuat Reynaldhi berhenti makan, kemudian menatap sang Kakak penuh arti, "Kita satu rumah, tapi kenapa aku jarang melihat kakak akhir-akhir ini?"

"Loh ... gimana sih? Bukannya kamu yang nggak ada di rumah dua hari ini? Mas Ardhan bilang kalo kamu ada LDKS di sekolah, jadi baru pulang kemarin malam," jawab Evelyn menatap Reynaldhi heran.

Reynaldhi malah mengernyit sekarang, ia bahkan tidak pernah mengikuti kegiatan semacam itu, terlalu takut untuk bersosialisasi. Reynaldhi diam, hanya berpikir keras belum mau kembali membalas, apa maksud Ardhan mengatakan begitu soal dirinya.

"Ah ... iya, kakak mau memberitahu sesuatu, kemarikan tanganmu," pinta Evelyn, Reynaldhi hanya menurut. Kemudian Evelyn meletakkan tangan Reynaldhi di perutnya, membuat kernyitan di dahi Reynaldhi semakin jelas, "Kamu akan punya keponakan."

Reynaldhi tersenyum, ini juga termasuk kebahagiaan baginya. Tapi ini juga menjadi jawaban kenapa Ardhan sampai mengatakan hal sedusta itu pada Evelyn tentang dirinya, "Mungkinkah Mas Ardhan takut aku membahayakan Kak Eve sama anaknya?"

.



.



.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Reynaldhi [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang