Di hadapan semua hadirin yang ada disana, Bayu menampar pipi Reynaldhi keras. Tidak menangis, tidak terkejut, Reynaldhi biasa saja, sudah biasa katanya. Parahnya lagi, Bayu sambil menggumam, "Anak haram kamu. Bagaimana bisa masih tersenyum di saat setiap hembus napas kamu itu kesalahan?"
"Mas!"
"Citra, kamu diam atau Mas paksa kamu buat buang anak ini."
"Mas, Rey—"
"Mommy ... I'm okay." Reynaldhi menoleh ke arah sang ibu dengan tatapan penuh arti.
"Ya ampun, itu anak selingkuhannya itu kan?"
"Tadi manja banget sama Mbak Citra."
"Nggak tau diri banget."
"Pasti mau nyari harta itu. Remaja sekarang pada brengsek semua."
Bayu tersenyum sinis, "Kamu sadar nggak? Sudah menghancurkan pernikahan adik saya? Kamu sadar nggak kalau kehadiran kamu patut disalahkan."
Di luar dugaan Bayu, dengan polosnya Reynaldhi mengangguk. Seperti tanpa beban, Reynaldhi menerangkan semuanya memang sudah wajar terjadi. "Semuanya benar kok, Pakdhe. Ceritanya memang agak rumit, adik ipar Pakdhe dengan ibunya Rey perbuatannya nggak benar. Terus sekarang Rey tinggal di rumah sama Mommy, memang kedengerannya nggak tau diri banget."
"Lalu, kenapa masih disana? Berapa yang kamu butuhkan agar bisa pergi dari keluarga adik saya?"
"Mas Bayu!" Citra menyela lagi.
Dengan tenang Reynaldhi menjawab, "Taruhan aja gimana, Pakdhe?"
"Bocah sialan .... Belagu sekali kamu."
"Nyawa, Pakdhe."
"Rey! Jangan macam-macam!"
Reynaldhi menarik napasnya panjang, "Kalau nanti Pakdhe mendengar Mommy nangis lagi karena keluarganya berantakan, Rey akan pergi."
"Mas!"
"Citra!"
Citra tidak peduli dengan bentakan kakaknya, ia menarik tangan anaknya agar berdiri di belakangnya saja. Reynaldhi membalas genggaman Citra, bermaksud melepas perlahan. Namun, Citra malah dengan tegas menatap Reynaldhi, seakan memaki bahwa sekarang giliran ia untuk bicara.
"Kenapa, Mas? Kenapa! Aku nggak boleh menyelamatkan anak ini? Aku nggak boleh anggap dia seperti anak sendiri?"
"Karena dia kotor, Citra! Dia tidak akan pernah bisa menjadi bagian dari keluarga kita! Cepat atau lambat, bawa dia ke panti asuhan, atau suruh dia bekerja di jalanan." bentak Bayu.
"Mas, dengerin aku!"
"Apalagi? Huh!"
"Aku mau tanya salah Reynaldhi sama Mas itu apa? Dia pernah berencana bunuh Mas Bayu? Atau mau nyelakain aku? Bahkan Mas Bara sekalipun ... Reynaldhi nggak mau nyakitin, Mas!"
Dengan sedikit terburu-buru, Citra menarik tubuh kurus anaknya dan menyibak rambut tebal Reynaldhi. Remaja itu meringis, karena Citra melakukannya tiba-tiba. Namun, dengan begitu Bayu dapat melihat dengan jelas bekas jahitan di pelipis Reynaldhi.
"Aku ... pernah melempar kepalanya menggunakan vas bunga, Mas tau apa yang dia lakukan setelahnya?"
Wajah Bayu yang tadinya tidak tertarik, melihat bekas jahitan panjang itu, lelaki paruh baya ini kembali memandang Reynaldhi. Sedikit terkejut memang, dengan kenyataan bahwa adiknya ternyata bisa sekejam ini dengan anak-anak. Bayu memaklumi, remaja di hadapannya memang tidak pantas mendapat kasih sayang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reynaldhi [END]
De Todo"Jika mungkin, tidak apa jika nyawaku bisa ditukar dengan milik bunda." Reynaldhi ingin disayang seperti anak-anak yang lain, meskipun hanya dari sang Ayah. Reynaldhi juga ingin diperlakukan layaknya seorang adik, bukan seorang pembunuh di antara sa...