Special Ramadhan Part 1 ┊⁀➷ Mimpi Buruk Masa Lalu

3.7K 332 40
                                    

Pagi yang harusnya menjadi sedikit lebih indah bagi Reynaldhi kala itu, justru awal dari kehancurannya. Kedatangan Citra di kamarnya memang membuatnya terkejut, tetapi dirinya justru mendambakan pertolongan dari wanita itu. Reynaldhi sama sekali tidak berprasangka apapun, meski Citra menatapnya penuh kebencian.

Hingga, Reynaldhi sendiri lupa helaan napas keberapa miliknya, ketika vas bunga yang dilempar Citra mendarat di pelipisnya. Kakinya sudah melemas, namun ia paksakan untuk tetap berjalan, bersujud di hadapan Citra. Reynaldhi mencium kaki Citra dengan begitu tulus.

"Aku tidak bisa mencium kaki ibuku sendiri lagi, jadi aku mohon biarkan aku melakukan ini sama tante. Maafkan aku, memang nggak seharusnya aku lahir."

Mendengar itu, manik Citra memanas, kedua kakinya melemas malah ikut bersimpuh di hadapan Reynaldhi. Sedangkan daksa remaja itu malah merebah dalam dekapannya. Telinga Citra menuli ketika Reynaldhi bicara soal permintaan maaf, dirinya hanya fokus pada napas remaja itu yang mulai tidak beraturan.

Pada saat Bara datang, barulah menyadarkannya pada sesuatu yang harus ia lakukan. Bara mengambil alih paksa Reynaldhi, dan dirinya segera menghubungi ambulans. Pagi itu, Reynaldhi memang hancur, dan Citra untuk pertama kalinya menyimpan sebuah penyesalan besar dalam hidupnya. Citra sama hancurnya.

"Rey ... nggak. Rey! Reynaldhi!" Citra membuka matanya, kala itu ia merasakan peluh di sekitar wajahnya.

"Mommy ...?"

Pandangan Citra perlahan tertoleh ke arah panggilan itu, ia bernapas lega. Reynaldhi rupanya sungguh selamat setelah dengan kejam dirinya melempar sebuah vas bunga. Sontak, Citra langsung mendekap daksa mungil itu, sambil sedikit terisak. Remaja itu hanya terdiam kebingungan.

"I thought you .... Rey ... lupain aja."

Reynaldhi perlahan membalas pelukan sang ibu, "Mom ... I'm still here."

Citra mengangguk sembari mengelus rambut hitam Reynaldhi, "Ya ... You're still here in my arms, and always be like that. Don't leave me, Sweetie ...."

Remaja dalam dekapannya itu semakin menyamankan diri dalam pelukan, "Mommy juga, jangan tinggalin Rey ... kayak Bunda. Nanti Rey susah nyusulinnya ...."

Citra menarik napasnya sedikit berat, kejadian tepat tiga bulan lalu tentang dirinya yang menyakiti Reynaldhi masih teringat jelas. Citra beruntung Reynaldhi anak yang tidak mudah menyerah, apalagi dirayu dengan doa. Setiap malam setelah pagi itu, Citra akan selalu berada di samping Reynaldhi, menemaninya terlelap.

Kata Bara, Reynaldhi itu tidak boleh ditinggalkan sendirian barang sebentar pun. Karena banyak bahaya yang akan menyerangnya. Reynaldhi itu rentan terhadap luka, makanya hingga kini fisiknya belum sama sekali kembali normal. Reynaldhi butuh obat, butuh transfusi, butuh dukungan bahwa dirinya masih begitu berharga untuk segenap manusia yang tinggal di rumah Bara.

"Mommy nggak akan ninggalin kamu, Mommy akan jaga kamu dengan sepenuh hati. Mommy juga nggak akan sia-siain kamu lagi." Citra mengecup dahi Reynaldhi dengan lembut.

Reynaldhi menatap nanar sang ibu, meskipun awalnya dirinya takut setengah mati dengan Citra. Tetapi kini, orang pertama yang akan Reynaldhi cari jika butuh pertolongan adalah Mommy-nya.

Citra menggenggam jemari Reynaldhi, "Dengerin, meskipun kamu bukan anak kandung Mommy, tapi sekarang di mata Mommy kamu sama. Seperti Bang Jaefan, Bang Fasya, Juan juga. Kamu berharga, Reynaldhi."

Reynaldhi awalnya menunduk menatap genggaman Citra, namun ketika sang ibu berucap bahwa dirinya berharga, maniknya langsung menatap. Kalau yang bicara bukan Citra, Reynaldhi tidak mau percaya, karena selama ini dirinya dibohongi oleh perasaan sayang orang-orang di sekitarnya. Ardhan, Evelyn, dan Jufasya dulu, Reynaldhi takut semuanya akan terulang.

Reynaldhi [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang