14 ┊⁀➷ Takut dan Pasrah

8.7K 1.2K 130
                                    

Setelah melewati perdebatan panjang, akhirnya Bara mampu mengumpulkan ketiga anaknya di rumah. Jufasya dengan wajah masamnya, Juan dengan ekspresi datar, dan Jaefan yang hanya bisa menghela nafas lelah.

"Daddy berterima ka--"

"Langsung aja, Dad. Kalau ini soal anak itu, sebiaknya dipercepat, aku sudah mulai muak." Jufasya memotong omongan ayahnya dengan wajah juteknya.

Jaefan tidak bisa memarahi atau sekedar menegur Jufasya kali ini, karena sesungguhnya ini juga agak rumit baginya. Menerima seseorang begitu saja dalam sebuah keluarga, tidak akan semudah membalikkan telapak tangan.

"Daddy mohon kalian bertiga bisa ikut daddy jemput Reynaldhi di rumahnya. Karena cuman dengan cara itu Reynaldhi bisa diserahkan ke daddy," pinta Bara.

"Daddy yang mau mengurusnya, jadi daddy saja yang memperjuangkannya," ketus Jufasya lagi.

Bara menghela nafasnya sabar, "Kamu kenapa sih, Fas? Kemarin sebelum kamu tau soal ini semua, kamu kelihatan peduli sekali sama Reynaldhi, kenapa sekarang nggak?"

"Daddy harusnya udah punya jawaban sendiri dong. Disini yang harusnya daddy perhatiin Juan, dia sejak kecil udah nggak kenal ibunya sendiri, bisa ketemu mommy paling-paling setahun sekali saat libur lebaran. Terus, daddy masih mau perjuangin anak yang udah buat keluarga kita hancur berantakan kayak gini?"

"Fas, nggak kayak gitu. Orang tua Reynaldhi sekarang cuman daddy, jadi daddy merasa masih punya tanggung jawab sama dia, Fas. Kamu udah dewasa, kamu pasti ngerti."

Jufasya berdecih, "Ada satu syarat yang harus ayah penuhi."

Jaefan yang mendengar Jufasya berubah pikiran langsung menoleh, menatap pria itu lekat. Dahinya mengernyit, penasaran apa yang akan menajdi syarat Jufasya kali ini. Jaefan tidak ingin berpikir Jufasya akan meminta sesuatu yang hanya menguntungkan dirinya saja, karena selama ini Jufasya tidak pernah begitu.

"Daddy bisa rujuk sama mommy? Mengembalikan suasana keluarga kita yang dulu, waktu aku masih kecil. Juan juga pasti pengen sama mommy-nya. Selama, mommy belum ada niat untuk menikah lagi, Dad." Jufasya menatap sang Ayah serius.

"Kamu gila ya, Fas?! Gimana bisa kayak gitu? Itu sama aja bakal nyakitin perasaan mommy!" elak Jaefan.

"Nggaklah, Bang! Kalau mommy sayang sama Juan, sama aku, sama abang, pasti mommy nggak bakal mementingkan egonya, nggak kayak daddy dulu!"

Bara memijat pelipisnya pelan, "Baiklah, besok daddy akan pastikan mommy kalian akan kembali ke Jakarta."

.

.

.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Reynaldhi [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang