domino

12.1K 2K 42
                                    

Aku terbangun dengan kepala yang sakit luar biasa. Lalu dengan berjalan sempoyongan aku pun keluar kamar dan berjalan ke dapur untuk minum karena saat ini tenggorokanku sakit luar biasa.

Sekarang masih jam 5 pagi, pantas saja Twogether masih sepi. Di hari Minggu begini penghuni Twogether lainnya memang lebih suka bangun siang.

Aku mengambil sebotol air dingin di kulkas lalu meminumnya hingga tinggal setengah. Lalu aku menelan aspirin yang aku siapkan seraya berharap kepalaku sudah lebih baik nanti.

“Bayu Soeharjanto, eh? Lovely,” ujar sebuah suara yang membuatku menyemburkan air yang baru saja aku minum. Sial, nama itu benar-benar bukan nama yang ingin aku dengar di pagi buta begini—apalagi setelah apa yang terjadi semalam.

Wina duduk di salah satu bangku meja makan. Penampilan cewek itu berantakan karena baru tidur—yang aku yakin tidurnya bareng Alexandre karena wajah Wina tampak berseri seperti habis tiga kali orgasme dan gadis itu beraroma citrus dan sex. Namun, walau begitu ia tetap cantik luar biasa. Yang membuatku benar-benar iri. Seolah Wina tidak perlu berjuang keras untuk terlihat cantik dan memesona, berbeda sekali denganku yang sampai hampir mati demi punya fisik yang sesuai dengan standar orang-orang.

“Yak! Kayaknya kita udah setuju kalau nggak ada sex di Twogether!”

Namun Wina mengabaikan protesanku dan malah makan camilan yang ada di meja.

“Gimana lo kenal Bayu?” tanya Wina yang jelas-jelas karena gadis itu cuma kepo dan ingin mengalihkan pembicaraan.

“Kita satu sekolah pas SMA. Dan tenang aja, tadi malam gue nggak ngapa-ngapain sama Bayu.”

“Ya, gue juga tau lo nggak ngapa-ngapain sama Bayu. Dari dulu he's a gentleman. Bayu emang selalu begitu. So, bukannya cari kesempatan dan kesempitan saat lo mabuk, dia malah telepon gue. Tapi tumben lo minum sampai mabuk? Biasanya lo yang paling sober di antara kita semua.”

Aku mengangkat bahu ke atas lalu menjatuhkan tubuh ke sofa. “Anggap aja cheating day."

“Bukan karena kalian ketemu lagi?"

Aku langsung tertawa sinis. “He's not worth it.”

“Oke deh, aman berarti."

Hah? Apanya yang aman? Namun belum sempat aku bertanya, kantuk sudah menculikku ke alam mimpi.

***

Aku terbangun saat jarum jam menunjukkan pukul sebelas siang. Dan untungnya aspirin yang aku minum tadi pagi bekerja dengan baik, karena saat ini sakit kepalaku sudah hilang dan tubuhku juga lebih segar.

Setelah workout dan lari-lari kecil keliling rumah, aku segera mandi. Lalu setelah itu aku menyalakan ponselku yang ternyata mati karena kehabisan daya sejak tadi malam.

Oh, shit! Gue dalam masalah besar!

Begitu ponselku menyala puluhan notifikasi pesan dari Reza langsung masuk dan juga ada 15 panggilan tak terjawab dari pacarku itu. Lalu tanpa menunggu lama aku langsung menelepon cowok itu dan Reza pun langsung mengangkat teleponku.

“Kamu ke mana?” tanyanya dengan nada sedingin kutub utara. Dan untuk puluhan kalinya, aku bohong sekali lagi.

fortnight.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang